Tulisan Akhir 2023: Akhirnya menjadi Awardee LPDP


Hallo gaes… what’s up! Bagaimana kabar kalian, semoga baik-baik saja. Udah lama banget gue enggak update blog ini. Sepertinya terakhir update blog di bulan lalur. Tidak terasa, hari ini adalah hari terakhir di tahun 2023. Oleh karena itu, gue ingin membuat postingan khusus untuk menutup tahun 2023 yang nano-nano ini.

Yup, sesuai judul postingan, gue akan berbagi pengalaman unik ini kepada kalian. Postingan ini spesial gue tujukan kepada kalian yang sedang berjuang terutama dalam memperjuangkan beasiswa LPDP guna melanjutkan studi ke tingkat lebih tinggi baik master, doktor, maupun spesialis.

Gue nggak bermaksud menggurui, semua murni karena gue ingin berbagi pengalaman saja dan sebagai diary jika suatu hari nanti gue lagi males dan down, gue akan membaca tulisan ini sebagai spirit dan motivasi jika gue pernah berjuang untuk mendapatknya.

Melanjutkan studi hingga S3 dan menjadi dosen adalah impian gue sejak tahun 2011 ketika gue menjadi mahasiswa baru di Solo. Gue menuliskan cita-cita gue bisa kuliah hingga S3 dan memperoleh gelar Dr Wisnu Murti Pratama, S.Pd., M.Sc dan menjadi bisa mengabdikan diri menjadi dosen di Indonesia.  Gue menuliskan mimpi gue pada secarik kertas dan menempelkan pada dinding kamar gue. Dengan harapan, gue selalu membaca tulisan dan impian gue sehingga bisa memotivasi gue untuk mewujudkannya. Temen-teman yang pernah main ke kosan pasti pernah membaca tulisan mimpi-mimpi gila gue. Tidak sedikit teman-teman gue yang menertawakan mimpi-mimpi tersebut. Tapi saya tetep woles dan tetap percaya bahwa suatu saat impian gue bakalan menjadi nyata.

Impian-impian yang gue tulis sejak tahun 2011

Singkat cerita, setelah gue lulus S2, gue mencoba melamar pekerjaan di Universitas-universitas yang ada di Jawa. Sayangnya, mayoritas kampus yang gue masukin lamaran memberikan syarat untuk menjadi dosen harus lektor atau setingkat doktor S3. Wajar saja jika kampus menginginkan dosen S3. Selain bisa mendongkrak akreditasi prodi, pihak kampus juga tidak perlu membiayai atau membantu dosen untuk melanjutkan studi S3. Secara tidak langsung situasi ini mengisyaratkan, “Lulusan S2 udah banyak kayak S1, ijazahmu sekarang udah kayak ijazah sarjana. Mau tidak mau, kamu harus sekolah lagi mengambil S3!”

Akhirnya gue pun memantapkan diri untuk melanjutkan studi S3 daripada harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Banyak sekali teman S1 gue yang udah ikut PPG atau Pendidikan Profesi Guru. Setelah mendapatkan skor TOEFL di atas 530, gue mendaftar beasiswa LPDP berbekal surat rekomendasi dari pembimbing gue saat S2. Gue masih inget banget, tahun 2022 periode kedua, gue mendaftar beasiswa LPDP di H-7 penutupan. Gue pun mengikuti seleksi beasiswa LPDP dimulai dari seleksi berkas, dilanjutkan tes TPA bagi gue yang belum punya LOA. Bagi yang sudah memiliki Loa maka tidak perlu mengikuti tahapan ini. Dan yang terakhir adalah tes wawancara. Alhamdulillah, gue berhasil melewati tahapan demi tahapan.

Hingga tibalah pengumuman akhir beasiswa LPDP. Dan Voila, gue gak lolos tahap terakhir, yaitu tes substansi LPDP atau wawancara. Gue cukup sedih karena belum bisa menjadi awardee. Bahkan gue sempat curhat di blog ini pada tulisan ini di bawah ini.

Gue akuin kegagalan gue kala itu merupakan kesalahan gue. Gue sangat kurang persiapan. Gue belum menghubungi calon promotor, essay yang gue buat juga masih mentah, belum mengumpulkan sertifikat Psikotes (PaPs UGM), proposal disertasi juga tergolong tidak menarik dan sudah umum. Ditambah lagi gue mendaftar LPDP saat H-7.



Belajar dari kegagalan, gue pun mulai mempersiapkan tes LPDP pada periode selanjutnya. Gue cukup beruntung karena gue diperbolehkan langsung mengikuti beasiswa LPDP pada periode selanjutnya. Aturan LPDP sebelumnya, jika dinyatakan tidak lolos wawancara atau tes substansi maka tidak diperbolehkan mendaftar lagi pada periode selanjutnya. Harus menunggu satu periode terlebih dahulu. Untung saja, kebijakan ini sudah dihapus.

Persiapan mengikuti seleksi LPDP ke dua udah gue lakuin. Dimulai dari menghubungi calon promotor gue, mempelajari kurikulum fakultas, membuat study plan tentang apa yang akan dilakukan saat kuliah, membuat essay, latihan mockup bersama awardee dan meminta bantuan awardee untuk mengoreksi essay. Gue juga tidak lupa meminta surat rekomendasi dari dosen dan juga resign dari tempat kerja gue hanya untuk mempersiapkan beasiswa LPDP ini.

Persiapan yang terbilang matang ini membuat gue udah pede dan yakin dalam seleksi beasiswa LPDP. Untuk kedua kalinya, gue mendaftar beasiswa LPDP di periode pertama tahun 2023. Alur seleksi masih sama. Karena gue belum mempunyai LOA, gue mengikuti 3 tahapan seleksi, yaitu seleksi berkas, tes TPA, dan terakhir adalah tes substansi yang berupa wawancara. Owh iya, kenapa gue belum nyari LOA? Gue berprinsip gue harus nyari beasiswa dulu, baru nyari kampus. Beasiswa LPDP itu ibarat peluru dan amunisi sebelum berperang. Bahkan dosen gue pernah yang juga pernah menjadi pewawancara LPDP gue pas pertama pernah bilang, “Nyari Beasiswa dan kampus itu kayak pertanyaan mana yang lebih dulu antara telur dan ayam.” Meski demikian, ya buat gue, harus nyari beasiswa dulu lah. Ibarat kamu ingin melamar anak orang, kamu udah punya pekerjaan yang tetap, bukan masih pengangguran.

Karena udah persiapan, gue pede dan yakin dalam melewati tahapan demi tahapan. Hingga tibalah tes substansi atau tes final dari beasiswa LPDP. Alhamdulillah, tahapan tes LPDP berhasil gue lewati. Kini tinggal menunggu pengumuman tes substansi yang akan diumumkan satu bulan kemudian.

Kala itu, gue udah membayangkan jika gue bakalan jadi awardee LPDP dan bisa kuliah lagi dengan beasiswa seperti impian gue di tahun 2011.

Singkat cerita, tibalah pengumuman seleksi LPDP batch I tahun 2023. Gue udah cukup optimis dan penuh antusias membuka pengumuman beasiswa LPDP. Gue masih ingat, pengumuman tes substansi LPDP diumumkan malam hari. Setelah grup LPDP di telegram rame, yang berarti pengumuman beasiswa LPDP telah keluar, gue segera membuka pengumuman tahap akhir beasiswa LPDP.

Dengan semangat 69, gue membuka website LPDP yang sempat down karena banyak yang mengakses. Ketika gue membuat menu pengumuman, dan voila… GUE TIDAK LULUS TES SUBSTANSI! Gue terdiam sejenak, masih berpikir positif barangkali yang gue lihat barusan adalah pengumuman lpdp periode sebelumnya dan belum di-update. Gue buka ulang dan gue baca dengan seksama, dan hasilnya sama saja. Gue gagal untuk kedua kalinya.

Gagal Untuk kedua kalinya


Sedih, galau, kecewa, gelap dan nyesek. Itulah yang gue rasakan pada malam itu. Rasanya ditolak cewek yang kita sukai itu nggak terlalu buruk. Gue merasa persiapan yang sudah matang enam bulan sebelumnya terasa sia-sia. Nyokap juga cukup kaget dan agak kecewa setelah gue bilang kalau gue gagal.

“Ya udah enggak apa-apa. Sekarang kamu mau gimana?” tanya nyokap.

“Mbooh… buk…” ucap gue singkat.

“Ya udah… nggak usah disesali. Apa ibu mau yang bayarin kamu sekolah, Le?” kata nyokap.

“Mboten Bu… pengen kuliah mandiri pake beasiswa. Enggak mau ngerepotin ibu maneh.”

“Apa kamu mau PPG aja poh?”

“Mboten usah.”

“Ya udah… usiamu udah mau 30, besuk kamu masukin lamaran kerja aja sambil menyiapkan beasiswa LPDP periode selanjutnya.” Ucap nyokap.

“…”

Malam itu gue patah hati banget. *Terdengar dari kejauhan lagu Terlatih Patah Hati- The Rain*

Selama beberapa hari gue menggalau, masih shock dengan apa yang gue alamin. Tapi ketika gue membuka lagi kertas-kertas yang berisi impian dan resolusi, gue mulai bangkit.

Akhirnya gue pun kembali bekerja sambil menunggu seleksi beasiswa LPDP tahun 2023 batch 2. Gue udah mantap, gue harus mencoba lagi sampai berhasil. 

“Temenmu pada PPG tuh.” Ucap nyokap sambil membuka laptop.

“Aku tetep mau kuliah S3 Bu. Aku arep nyoba maneh.” Ucapku

“Ya enggak apa-apa dicoba, ibu pengen kamu jadi dosen kayak cita-citamu. Yang dipengeni ya keterima, kalau nggak arep gimana?”

“Nek gak keterima yo dicoba lagi sampe dapet toh Bu!” jawab gue dengan mantap.

“Umurmu udah 30 lho. Emang kamu nggak mau berumah tangga poh?” tanya nyokap.

“Gampang lah, Bu!”

“…”

Tibalah pembukaan pendaftaraan beasiswa LPDP batch II. Gue mendaftar beasiswa LPDP untuk ketiga kalinya. Kali ini gue enggak begitu ngoyo dan lebih pasrah menjalani. Berkas-berkas, essay, dan proposal disertasi yang gue pake diseleksi sebelumnya gue upload ulang. Tidak ada persiapan selain meminta surat rekomendasi dari dosen pembimbing untuk yang ketiga kalinya. Mungkin dosen pembimbing gue bosen karena gue selalu minta surat rekomendasi beasiswa tiap 6 bulan sekali. Tapi gue mau mengucapkan terimakasih untuk Prof. Nurul karena telah membantu memberikan surat rekomendasi beasiswa kepada gue meskipun sudah 5 tahun menjadi alumnus.

Tahapan seleksi beasiswa masih sama seperti sebelumnya, seleksi berkas, tes TPA, dan terakhir wawancara. Untuk seleksi berkas udah pasti gue lolos asalkan berkas yang gue upload sudah sesuai dengan yang diminta. Untuk tahap kedua adalah tes bakat skolastik (TBS) atau tes TPA. Karena gue emang lebih santuy dan tanpa persiapan, tes TPA kali ini gue merasa kewalahan. Banyak soal yang gue isi ngawur dan cuman bisa pasrah aja. Mau belajar juga udah nggak ada waktu. Berangkat kerja jam setengah 7 pagi dan pulang jam setengah 3 sore. Pulang sebentar ke rumah, ganti baju kemudian lanjut bekerja lagi di tempat les hingga pukul 7 malam bahkan bisa sampai jam 8 malam jika ada siswa yang meminta tambahan. Gue udah pesimis kalau bisa lolos tes TPA, tapi alhamdulillah, gue bisa lolos passing grade tes Bakat Skolastik LPDP dengan skor yang cukup mepet. Hanya selisih 10 point dari ambang batas. Penurunan yang cukup signifikan daripada Tes TBS sebelumnya yang dimana skor gue pasti bisa di atas 200.

Setelah dinyatakan lolos tes TBS, tahap selanjutnya adalah tahap wawancara atau tes substansi. Menurut gue, inti dari seleksi LPDP ada di tes wawancara. Tidak seperti seleksi berkas, asal dokumen sesuai dengan syarat pasti lolos. Untuk TBS, jika di bisa mengerjakan minimal separo soal, insyaallah lolos. Tapi tahap terakhir wawancara ini memang nggak bisa diprediksi. Tidak ada persiapan khusus untuk tes wawancara kali ini. Gue hanya membaca apa yang udah gue tulis dan submit aja. Mock up bersama awardee atau latihan wawancara juga enggak ada. Gue udah pasrah. Disaat teman-teman yang lain simulasi wawancara bersama awardee, gue masih sibuk kerja. Seperti yang diceritakan sebelumnya, gue bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 8 malam. Tidak ada waktu untuk latihan wawancara. Bahkan teman gue minta gue latihan dan teman gue mau menjadi relawan latihan wawancara. 

Gue masih inget, malam itu jam 9 malam teman gue mau membantu simulasi wawancara.  Setelah pulang kerja dan sampai rumah jam 8 malam, gue langsung latihan mock up bersama teman SMA gue. Temen gue udah duluan tes wawancara LPDP daripada gue.

Singkat cerita, tibalah hari wawancara LPDP. Gue merasa tidak terlalu nervous kayak sebelumnya. Yang ada dipikiran gue, “Kalau gagal, ya coba lagi di bulan Januari periode depan.” Wawancara berlangsung sangat random. Karena gue nggak latihan dan hanya membaca tulisan yang udah gue submit, jawaban wawancara gue cukup random. Bahkan gue merasa jawaban gue itu nggak masuk akal dan terlihat biasa saja. Mungkin kalau gue jadi interviewernya, bakalan langsung gue coret. Jawaban-jawaban yang diberikan diluar script dan out of the box.

Gue masih inget, saat interviewer nanya, “Gimana perasaan Mas Wisnu menghadapi wawancara kali ini.”

Dengan santainya gue jawab,”Cukup santai bu. He…he…he…”

“SANTAI????” muka ibu-ibu psikolog shock kayak abis keselek cimol.

“Iya… bu. Wawancara kali ini saya lebih rilex tidak seperti sebelum-sebelumnya. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin.” (*Padahal gak persiapan)

“…”

Singkat cerita, tes wawancara telah gue lalui. Tapi apakah gue udah lega? TIDAK. Beberapa jam setelah wawancara, gue merenungi jawaban-jawaban yang telah diberikan. Dan jawaban pertanyaan gue ini sumpah random banget. Gue udah pasrah, dan bilang, “Yo wis lah… besuk Januari daftar LPDP lagi untuk yang keempat kalinya.”

Tibalah saat hari pengumuman beasiswa LPDP. Gue nggak begitu exited karena gue udah pesimis kalau gue bisa lolos. Yup, jawaban dari wawancara gue terbilang aneh, random, dan out the box. Tanpa persiapan, tidak ada latihan, essay dan proposal bahkan isian LPDP masih sama seperti yang gue upload di periode sebelumnya.

Malam itu jam 9 malam gue iseng-iseng membuka pengumuman beasiswa  LPDP karena di telegram LPDP lagi rame. Seperti yang sudah-sudah, website LPDP sempat down karena banyak yang mengakses. Keluarga gue juga enggak ada yang tahu kalau hari itu adalah hari pengumuman beasiswa. Gue membuka website dan nggak lama kemudian pengumuman keluar. Lewat layar hp, gue mengintip pelan-pelan dan gue udah menyiapkan mental jika gagal untuk yang ketiga kalinya. Dan pas dibuka Jreng… hasilnya kayak gini:

Hanya Selisih 8 


Secara reflek, gue langsung lari ke ruang kamar adik gue dan bilang,

“NDUL… BEASISWAKU TEMBUS….!!!”

Semua orang rumah masih nggak percaya dan setelah beberapa menit kemudian, mereka baru percaya.

“Alhamdulillah Le…” ucap nyokap.

Malam itu menjadi malam yang bahagia bagi gue dan keluarga gue. Setidaknya gue bisa melanjutkan dan mewujudkan impian gue menjadi awardee LPDP. Gue berhasil lolos passing grade tes Substansi LPDP dengan selisih 8 point dari batas aman. Sungguh kuasa Tuhan itu nyata.

Tiga kali mencoba


Gue selalu berkeyakinan, semua manusia punya jatah kegagalan dan keberhasilan. Habiskan dulu jatah gagalnya, dan nanti bakalan tiba jatah berhasilnya. Hidup itu kayak teori peluang kan? Seperti sisi mata uang logam, hanya ada dua peluang, berhasil atau gagal. Gue enggak menyangka impian gue sejak tahun 2011 bisa terwujud di penghujung tahun 2023. Semua doa-doa dan harapan yang gue nggak mustahil kini benar-benar menjadi nyata. Jika Tuhan telah berkehendak, maka semesta akan mendukung. Terimakasih buat kalian yang udah mau baca tulisan gue yang panjang ini. Jangan pernah putus asa dalam mewujudkan cita-cita. Buat kalian yang sedang berjuang menjadi awardee LPDP, tetap semangat. Luruskan niat, dengan beasiswa LPDP, bisa membangun negeri ini. Gue juga minta doanya, supaya dalam 3 tahun kedepan gue diberi kelancaran dalam menempuh studi dan menjadi dosen. Gue akan mengabdikan diri ini terutama dalam dunia pendidikan, dan khususnya dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia. Gue optimis, Indonesia akan jaya di tahun 2045 jika para pemudanya mau bersinergi dan berpartisipasi.

SK Pengesahan Menjadi Awardee LPDP


Mungkin cukup ini tulisan di akhir tahun 2023 ini. Selamat tahun baru 2024 dan semoga impian kalian bisa terwujud. Owh iya, jangan lupa bantu klik subscribe youtube gue yak! Jika kalian ada pengalaman yang sama, silakan bisa dishare di kolom komentar.


Comments