23 MEI 2014 #3 (Titik Balik)




Matahari tak terasa udah berpindah haluan ke ufuk barat. Langit yang biru perlahan berubah menjadi coklat. Kondisi hiruk pikuk kampus semakin ramai akan manusia. Deru langkah kaki mahasiswa yang sedang selesai kuliah memecah kesunyian Kampus dengan bangunan Timur Tengah ini. Satupersatu stand mulai ditingalkan empunya. Hanya  bungkusan snak dan taplak yang tertinggal di meja satu meter itu.

Enggak kerasa udah lebih  dari delapan jam gue dan anak-anak di Kampus almamater hijau ini. Hari jumat gue habiskan di Jogja. Padahal hari ini gue ada praktikum  Biokimia dan mau enggak mau gue harus membolos sehari. Salah satu dosen udah ngasih ijin setelah sehari sebelumnya gue sms. Sedangkan untuk dosen satunya, woles. Kayaknya SMS gue cuman dianggep sebagai SMS operator.


Jarum jam menunjuk angka 4. Gue dan anak-anakpun berpamitan. Gue, Fajar, Jon, dan Restu. Ketua Himpunan Mahasiswa yang baru udah balik ke Solo duluan tadi jam dua. Kini tinggal kami berempat yang masih tertinggal di kota yang terkenal dengan Pasar Kembangnya.

Gue sempat bingung mau pulang naik apa. Naik bus, entar kemalaman, naik kereta entar enggak bisa jalan-jalan dulu. Setelah melakukan sidang isbat, diputuskan kalo kita pulang ke Solo naik kereta aja. Soalnya motor ditinggalkan di Solo Balapan. Menurut jadwal, kereta Prameks ke Solo ada jam setengah 5. Gue dan anak-anak pun bergegas ke Stasiun Lempuyangan diantar panitia.

Setelah cipika cipiki dengan panitia, kamipun berpisah di Lempuyangan. Bayang-bayang panitia pun hilang bersamaan laju motor mereka. Kondisi stasiun Lempuyangan pun rame. Lebih ramai dari pagi tadi. Sepertinya mereka bersiap-siap buat balik kampung. Gue dan anak-anak pun bergegas ke peron. Takut kehabisan tiket. Antrean tiketpun seperti antrean sembako.

“Selamat sore, mau pergi ke mana.” Sapa petugas loket dengan senyuman.
“Solo kakak…”
“Kereta Sriwedari yang paling murah, untuk bisnis 24 ribu dan ekonomi 7000”
“Ehm… prameksnya enggak ada ya?”
“Prameks tidak lewat, untuk Sriwedari nanti jam 7 malam.”
“…”

 Terjadilah perdebatan gue dan anak-anak. Setelah mempertimbangkan kuantitas dan kualitas penumpang kereta yang Jomblo, kamipun memilih Sriwedari Ekonomi. Tapi kereta ini baru datang 15 menit setelah kereta bisnis. 

Masih ada  waktu dua jam sebelum kereta datang. Enggak mungkin kan kalo gue harus nunggu di stasiun. Bisa-bisa gue lumutan deh. Jiwa traveling gue mulai muncul.  Gue ajak temen-temen jalan keliling sekitar lempuyangan. Mereka setuju dan ngikut gue.

Pertama gue ajak mereka muter-muter Lempuyangan. Sampailah gue di depan stadion. Perasaan kok enggak asing sama tempat ini. Rasanya gue dulu sering kesini. Setelah gue ingat-ingat, ternyata gue lagi di stadion Kridosono. Sebagai orang yang menjunjung tinggi jiwa Narsis, tak lupa gue abadikan moment-moment ini.
 *JOgja punya Cerita

 *Bukan Boy Band

Enggak kerasa langit udah berubah gelap.  Jam tangan udah menunjukan setengah 6. Gue dan anak-anak buru-buru balik ke Stasiun. 

Sampe di depan gerbang stasiun, jajanan kaki lima udah mulai bertebaran. Pedagang angkringan udah mulai ramai di trotoar. 
 *Jogja menjelang malam

“Eh.. udah pernah minum Kopi Jos belum Guys?” tanya gue.
“Hah… apa itu mas kopi Jos?” tanya Fajar penasaran.
“Itu lho… kopi terus dimasukin arang.” Jawab gue.
“...”

Anak-anak makin penasaran. Sebagai orang yang pernah minum kopi jOs, gue ajak mereka ke penjual kopi Jos. Meski gue enggak beli. Gue cuman beli nasi kucing doank. Maklum gue laper banget Guys.  Terlihat wajah-wajah gembira dari temen-temen gue. Maklum aja, ini pertama kalinya bagi ketiga temen gue. FYI, si Fajar dan Restu orang Sunda, sedangkan si Jono orang Delanggu, tapi jarang menikmati Jogja di malam hari. Mereka baru pertama kali minum kopi Jos.

Setelah puas, gue dan anak-anak pun masuk ke stasiun. Nyari mushola dan nunggu di ruang tunggu. Tak terasa azan udah jam 7 malam. Langit Jogja yang tadinya merah, berubah menjadi gelap. Hanya bintang-bintang yang menjadi hiasan  malam ini.

“Perhatian.. perhatian.. Kereta Ekonomi Sriwedari akan segera datang dari arah Barat…”

Mendengar pengumuman dari petugas, gue dan anak-anak mempersiapkan diri. Terlihat banyak orang yang akan naik kereta ini. sumpah, kayaknya mereka juga nunggu kereta ekonomi ini. maklum, murah kayaknya. Enggak pake AC enggak apa-apa, yang penting ada kipas angin.

Tibalah kereta Sriwedari. Tanpa menunggu aba-aba, guepun masuk setelah pintu kereta terbuka. Begitu masuk ke dalam, gue mendadak shock. Giman enggak shock. Kereta udah penuh Guys. Kayaknya emang udah penuh dari Stasiun Tugu. Oke, deh, hanya ada satu kursi kosong. Akhirnya kami para cowok memberikan kursi kepada si Restu. Enggak mungkin kan kalo ngebiarin cewek berdiri. Oke, disini gue udah peka sama keadaan.

Kami bertiga pun berdiri di depan pintu. Udah mirip kayak di pilem-pilem Jepang yang lagi naik kereta deh. Berdiri di depan pintu. Andai saja ada cewek yang berdiri dan enggak sampe buat pegangan kan bisa pegangan tangan gue. Hahah, sumpah, sesat banget.

Diperjalanan obrolan kami mulai kemana-mana. Ngomongin kuliah lah, ngobrolin dosen, bahkan sampe ngobrolin yang super enggak penting kayak ngobrolin Siapakah yang akan jadi istri kedua Daus Mini. Hahaha. Enggak kerasa udah setengah jam kami berdiri. Kondisi penumpang sekitar gue yang berdiri juga udah mulai capek. Banyak dari mereka yang timbang dan memilih untuk ngesot di lantai gerbong. Gue cuman bisa bilang, “Wah kotor..”

Lama-lama kaki gue capek juga. Udah enggak kuat. Ahirnya gue ngelesot juga. Bersama Jono dan Fajar. Kalo gue amatin, para penumpang kereta pada asik sendiri. Ada yang sibuk nderin headset. Ada yang maenan gadget. Ada yang asik ngupil pake jempol kaki. Ada yang sibuk ngobrol sama pacar mereka. Dan gue cuman bengong dan nangis karena gue Tuna Asmara. 

Tiba-tiba gue ngambil sebuah note dari tas gue. Gue ini paling benci buang-buang waktu tanpa menghasilkan sesuatu. Gue ambil bolpoin dan gue tulis sebuah cerpen di gerbong. Yap, mau main gadget, belum punya hape canggih, mau telponan paling juga telponan sama operator hape. So, gue buat cerpen aja. Nih cerpen yang gue buat di kereta malam Sriwedari ini. Nih

Enggak kerasa sejam kemudian gue udah nyampe Solo Balapan. Rasanya cepet banget. dan cerita pendek yang gue buat pun selesai juga. Hari ini emang bener-bener hebat. Tanggal 23 Mei 2014. Yap, ini adalah kado terindah yang Tuhan Kasih ke Gue di hari kelahiran gue. Mbolang ke Jogja, naik kereta apai sendiri. Menghilangkan kegalauan dan kesedihan. Iya, jujur aja, bulan Mei merupakan bulan Galau buat gue.  Lagian hari ini merupakan hari ulang tahun gue. Hahaha, tanggal 23 Mei 2014 merupakan titik balik gue menjadi Wisnu Pratama yang dulu. Wisnu Pratama yang ceria dan bebas seperti Elang.

FYI, gue emang sengaja balik Ke Solo. Padahal besuk hari Sabtu, dan kampus libur. Gue bisa aja balik ke rumah. Tapi, entah kenapa gue pingin balik ke Solo. Iya, soalnya keesokan harinya gue ada pembekalan KKN untuk pertama kalinya. Pertama kalinya gue Kopdar bareng temen-temen KKN yang belum gue kenal bentuk dan wujudnya. Kayaknya Tuhan ngasih bisikan hati biar gue dateng ke acara pembekalan perdana ini. yap… emang 23 Mei 2014 merupakan hari yang istimewa buat gue. Yang pergi akan digantikan dengan yang datang. Yang sedih akan digantikan dengan kebahagiaan. Setiap perpisahan akan digantikan dengan pertemuan. Setiap yang berakhir akan bertukar dengan permulaan. Setiap kedukaan akan digantikan dengan kebahagiaan. Setiap kejadian pasti ada hikmah yang Tuhan berikan.


Comments