Jatuh Cinta Sendirian Itu Nyesek


 

Menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kamu bisa menikah dengan siapa saja, namun kamu tidak tahu cintamu untuk siapa…

Sebuah kata-kata dari Presiden Jancuker, Sujiwo Tedjo yang cukup terkenal. Awalnya aku berfikir, apa sih maksudnya. Seiring berjalannya waktu, aku baru sadar. Orang bisa menikahi siapa saja, tapi belum tentu orang itu mencintai orang yang dinikahi. Seperti halnya kamu pacaran tapi salah satu orang saja yang cinta. Terdengar kejam, bukan?

Itulah yang sedang aku rasakan bersama Apsara. Akhirnya aku dan Apsara jadian tepat diakhir bulan kelahiran kami. Aku menganggap pernyataan jawaban Apsara adalah kado terindah di hari ulang tahunku. Kami pun jadian di sebuah warung makan yang berada belakang apartemen. Malam itu sungguh malam yang sangat membahagiakan bagiku karena setelah satu dekade menjomblo, aku pun membuka hati dan mempunyai kekasih hati lagi.

“Aku mau mas jadian sama kamu.” Kalimat sederhana yang membuatku terbang ke atas langit ke tujuh malam itu.

Tanpa terasa, aku dan Apsara sudah menjalin kasih 2 bulan. Dalam angan dan benakku, setelah berpacaran, hidupku akan seperti yang ada pada FTV. Setiap hari bakalan chatting berkomunikasi, bertukar cerita kegiatan hari ini, berkeluh kesah satu sama lain, sleepcell sebelum tidur, video call setiap waktu dan tertawa bersama-sama. Namun semua tidak seperti itu.

Hubunganku dan Apsara seperti orang yang tidak berpacaran, tidak seperti layaknya pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara. Apsara masih sama seperti sebelumnya, cuek, dingin, dan seperti jelangkung. Tiba-tiba menghilang. Aku ngirim chat pagi, dia baru balas satu abad kemudian. Aku ngechat panjang lebar, tapi dia hanya menjawab seadanya, bahkan aku merasa seperti sedang menginterogasi maling celana dalam yang tertangkap. Jangankan video call setiap malam, kami sama belum pernah telponan kecuali lagi darurat ngabarin kalau aku udah di kosan dia. Selebihnya? Dia selalu menolak setiap aku ingin mendengar suaranya via suara.

Awal-awal kami jadian, aku selalu meluangkan waktu ke Jogja sekedar bertemu Apsara. Kami sedang menjalani hubungan LDR, meski hanya berjalan 30-an KM. Aku berusaha meluangkan waktu dan berusaha menemui dia. Panas, hujan pun aku terobos demi bertemu Apsara. Kabut tebal, dan dinginnya kota tetap aku libas agar bisa bersua dengan Apsara.

Hingga  beberapa minggu lalu, aku mengajak Apsara menemaniku membeli baju karena aku aku tidak punya baju. Aku diberi kesempatan menjadi bintang tamu di suatu acara. Sangat tidak sopan jika aku tampil seadanya layaknya style tiap hari. 

Aku meminta bantuan Apsara memilihkan baju yang cocok untukku dan baju itu terus aku pakai karena baju ini sangat spesial. Acara spesial, dipilih oleh orang spesial juga.

“Abis ini mau ke mana dek?” ucapku sambil duduk di depan distro yang berada di Selokan Mataram.

“Hmm. Enaknya kemana , ya mas?” balas Sara.

“Mau nonton, atau ngeMall?” ujarku sambil memandangi Apsara.

“Ngemall aja, panas banget. Lagian kamu juga lagi puasa Mas.”

“Yo wis… kita ngeMall sambil main Timezone.”

“…”

Singkat cerita, kami berdua pergi ke sebuah mall yang cukup besar di daerah Jalan Solo. Kami menghabiskan waktu siang itu di wahana permainan. Apsara terlihat gembira layaknya anak kecil yang sedang berada di taman bermain. Hingga waktu semakin siang, dan aku tahu Apsara belum makan sejak tadi. Dia tidak enak karena siang itu aku sedang berpuasa.

Setelah membujuk Apsara, akhirnya dia mau makan dan aku pun menemaninya makan sambil menikmati indahnya kota Jogja dari atas ketinggian.

Selesai makan, kami pun ngobrol. Aku dan Apsara hanya bertemu dalam seminggu  sekali. Hingga Apsara pun nyeletuk.

“Mas… aku mau ngomong. Sebelumnya aku minta maaf. “ ucap Apsara sambil menatapku.

“Kenapa, Dek? Kamu kebelet eek?” tanyaku.

“Hingga hari ini, aku belum bisa menerima kamu seutuhnya Mas. Aku merasa aku belum klik sama kamu.” Ujar Apsara.

“Apa maksudmu, Dek?”

“Saat ini aku sudah mulai tertarik denganmu, tapi aku belum bisa cinta sama kamu. Aku merasa kalu energiku gak terisi kalau ketemu kamu.” Kata Apsara.

“Kenapa bisa gitu dek? Kamu lagi suka sama cowok lain kah?” tanyaku.

“Enggak mas. Saat ini aku gak suka sama siapa-siapa.”

“Kamu nggak salah mas. Aku juga bingung kenapa jadi blunder gini sama perasaanku. Harusnya dulu aku nggak buru-buru nerima kamu.” 

“Kamu menyesal jadian sama aku?” tanyaku.

“…* Apsara hanya terdiam.

Mendengar jawaban Apsara, hatiku sangat hancur. Rasanya seperti menyiram alkohol di atas luka yang masih memerah. Meskipun hatiku hancur, aku tetap mencoba tersenyum seolah-olah aku baik-baik saja.

“Enggak apa-apa dek. Kalau kamu belum cinta sama aku. Cinta datang karena terbiasa. Kita juga baru kenal. Gini aja deh. Kita coba jalanin dulu, aku akan berusaha agar kamu bisa sayang sama aku.” Kataku.

“Maksudmu Mas?”

“Aku akan berusaha lebih keras. Kita jalanin setahun dulu. Jika dalam setahun perasaanmu ke aku masih sama saja, kamu boleh dan bebas mau tetap stay denganku atau mengakhiri hubungan ini dan kamu boleh mencari cowok yang kamu sukai.”

“…”

Apsara pun setuju dengan tawaran yang aku buat. Meskipun hatiku menangis. Hingga hari ini, kami masih terus berusaha satu sama lain. Meskipun komunikasi kami di dunia maya masih seperti biasa. Cuek, komunikasi satu arah.

Kenapa sih aku terus bertahan? Padahal bisa saja aku mencari yang lain. Seorang mahasiswa S3 Universitas ternama, seorang awardee beasiswa bergengsi kementerian Keuangan yang pastinya punya value lebih dan orang yang terpilih. Bisa saja aku mencari perempuan awardee atau mahasiswa pascasarjana. Sayangnya aku bukan tipe seperti itu, Jika aku sudah suka dengan seseorang, aku akan berusaha mengusahakannya hingga titik darah penghabisan. Aku jatuh cinta dengan Apsara, bahkan sebelum kita berjumpa secara langsung. Di mataku, Apsara perempuan yang beda. Dia seperti perempuan ideal yang ada di pikiranku. Aku sangat sayang dengan Apsara, aku juga sangat cinta dengan Apsara. Apsara adalah wanita yang mengubah segalanya dalam diriku. Aku berani menyatakan cinta secara langsung, aku berani melakukan hal-hal baru yang dulunya tidak pernah aku lakukan. For me, Apsara is the one and only one.

Harapanku cukup sederhana saat menjalin hubungan dengan Apsara. Aku ingin Apsara perhatian kepadaku. Kita bisa saling komunikasi setiap hari, setiap pulang kerja bisa saling bertukar cerita satu sama lain, saling mendukung, bahkan saling bercanda meskipun tidak bertemu langsung. Memang sulit, tapi sekarang harapanku cukup sederhana, semoga Apsara mau menerima perasaanku seutuhnya dan kami bisa melanjutkan ke hubungan yang lebih serius.

Memang benar, ada istilah, “Jangan pernah jatuh cinta di Jogja.” Tapi aku percaya, kalau aku dan Apsara akan bersatu. Aku yakin, pada hati kecilku ini. Teman-teman yang membaca tulisan ini, mohon doanya ya, semoga kami berdua bisa bersatu dalam cinta. AMIN.

Kalau kata lagu NDX,”Aku ora masalah, yen kon berjuan dewe. Sing penting kowe bahagia endinge.”


Comments