Buka Pintu (Lagi)



Hallo gaes…  long time no post di blog ini. Ini adalah postingan kedua gue di tahun 2024. Nggak terasa tahun 2024 udah mau jalan 5 bulan, dan gue baru nulis 1 tulisan doang di blog ini. Enggak apa-apa, lebih baik telat nulis daripada gak nulis.

Tahun 2024 merupakan tahun yang super dan bersejarah bagi gue. Tahun ini, gue resmi menjadi awardee beasiswa LPDP seperti impian-impian gue sebelumnya dan gue berhasil lanjut studi S3. Selain kedua hal tersebut, tahun ini menjadi tahun yang berkesan bagi gue karena gue pun mau membuka pintu hati yang udah lama gue tutup. Tidak terasa sudah satu dekade gue menutup rapat pintu hati gue buat perempuan. (*bukan berarti gue suka laki yak) Hampir satu dekade gue menyandang gelar tuna-asmara, dan sekarang juga masih tuna-asmara. Alasan kenapa gue masih betah sendiri karena gue nggak mau ribet kalau harus mulai dari perkenalan, pendekatan, dll. Namun semua berubah ketika dia datang ke dalam hidup gue.

Namanya Apsara, biasa dipanggil Sara. Seorang wanita yang telah mengetuk pintu hati gue yang telah lama tertutup. Nama yang sangat cantik bak bidadari yang turun dari kayangan. Jika semua bidadari dari kayangan turun dan bersanding dengan Sara, para bidadari-bidadari akan pulang lagi ke kayangan karena minder dengan kecantikan dan manisnya paras Apsara. Bisa dikatakan Sara merupakan “bidadari yang termanis”. Sara merupakan gadis yang lebih muda 3 tahun dari gue yang berasal dari Solo Raya, tepatnya di daerah penghasil mie ayam terbesar di Indonesia.

Awal pertemuan kami terjadi setahun lalu, tepatnya di bulan Maret 2023 di sebuah dating app. Awalnya kami kenalan karena kos Sara berada di dekat kosan gue saat S2 dulu. Obrolan kami mengalir begitu saja seperti ‘nyambung’. Hingga suatu hari Sara pamit akan menghapus akun dating app-nya dan meminta IG gue. Kami pun bertukar akun IG masing-masing. Singkat cerita, komunikasi kami berlanjut melalui DM instagram. Obrolan kami juga mengalir begitu saja.

Dalam hati gue, “Kok rasanya ini cewek agak beda.” 

Saat itu gue masih kerja dan tinggal di Magelang, sedangkan Sara kerja di Jogja. Gue adalah orang yang jarang banget chat, dan nge-dm teman. DM-an sama Sara rasanya kita kayak udah lama kenal meskipun belum pernah ketemu.

Semesta seperti mendekatkan kami berdua. Gue lolos beasiswa LPDP dan diterima S3 di UGM. Setelah dinyatakan lolos seleksi masuk S3, gue langsung ngabarin Sara kalau gue bakalan jadi anak kos lagi Jogja. Gue pun memberanikan diri minta nomor HP Sara di bulan awal Januari 2024 padahal hampir setahun kami berkomunikasi lewat instagram. Komunikasi yang tadinya lewat instagram pun kini berpindah ke whatsapp.

Maret 2024, tepatnya saat bulan puasa. Tidak ada angin tidak ada badai tiba-tiba Sara nyeletuk pengen ketemuan. Sebagai cowok yang peka, gue pun menyepakati. Anggap saja sebagai first date kami dan buka bersama. Tanpa diminta, gue pun menawarkan untuk menjemput Sara di kosannya yang letaknya tidak jauh dari kosan gue. Setelah solat ashar, gue pun menuju titik penjemputan yang diberikan Sara. 

Tidak lama kemudian, seorang wanita mungil keluar entah dari mana. Seolah-olah baru keluar dari pintu ajaib doraemon. Dia berjalan sambil menenteng gitar dan tersenyum. 

“Udah lama, Mas…? Kita mau buka di mana? Ada rekomendasi tempat?” ucap Sara.

Wanita manis, bertubuh mungil dengan tinggi sekitar 150 an cm. Yup, cukup imut seperti botol Yakult. Tapi justru inilah yang membuat gue semakin tertarik sama Sara.

Setelah diskusi kami berdua memutuskan untuk buka bersama di Pasar Kranggan, dekat Tugu Jogja. Sore itu kami buka bersama di sebuah kios warung makanan Perancis yang ada di Pasar Kranggan. Ini pertama kalinya juga gue ke Pasar Kranggan dan baru tahu kalau di Pasar Kranggan ada banyak sekali foodcourt kayak di Pasar Gedhe Solo.

Kami mulai bercerita. Sayangnya, sore itu gue lebih banyak bicara daripada Sara. Sepertinya dia masih malu-malu. Singkat cerita, kencan pertama gue dan Sara berjalan lancar tanpa ada drama. Gue pun mengantarkan Sara ke kosnya setelah solat magrib di sebuah masjid di jalan AM Sangaji.

Yang jadi masalah, setelah kami pulang, Sara mendadak slow respon dan dry text. Gue mikir, pasti kencan pertama dan kesan pertama gue nggak seperti ekspektasi Sara.

Untuk kedua kalinya, gue ngajakin ketemuan dan buka bersama lagi. Untungnya, Sara masih mau ketemu gue. Biasanya kalau orang udah gagal saat first date, pastinya nggak akan ada second date, third date dan seterusnya. Kali ini gue yang memilih tempatnya. 

Singkat cerita, kencan kedua gue berakhir tragis. Niatnya mau romantis, malah berakhir drama hujan-hujanan kayak film India. Maksudnya film Psikopat India dimana si cewek malah di hujan-hujankan sampe basah kuyup. Apalagi sore itu, Jogja lagi dilanda hujan deras banget. Niatnya pengen makan romantis, malah berakhir makan ala kadarnya. Untungnya Sara mau diajak makan di pinggir jalan. Hal ini yang membuat gue makin sayang dan semakin yakin sama Sara.

Seperti biasa, setelah kita balik ke kos, kami seperti orang asing. Komunikasi yang tadinya dua arah berubah jadi searah. Gue berasa lagi menginterogasi maling daleman, cuman nanya dan dia cuman jawab tanpa ada feedback.

Perasaan gue saat itu makin menggelora dan gue semakin yakin kalau gue beneran suka sama Sara. Gue nggak mau kehilangan Sara dan dia juga harus tahu apa yang sedang dirasakan. Singkat cerita, gue ngajakin Sara ketemuan lagi. Enam hari sebelum lebaran, gue mengunjungi kosan Sara.

Gue pun confess ke Sara kalau gue suka dan ada rasa sama dia. Gue nggak mau kehilangan kesempatan saat orang yang gue sukai. Gue pernah memendam perasaan ke seseorang dan perasaan tersebut masih tertimbun hingga perempuan tersebut menikah. Gue nggak mau itu. 

Padahal baru ketemu 2 kali, tapi gue udah berani nembak. Kala itu, gue nggak peduli ditolak, gue cuman pengen Sara tau kalau gue ada rasa sama dia. Tentunya tujuan gue deket sama Sara ya untuk ke jenjang yang serius. Mengingat usia gue udah nggak muda lagi, jadi gue berharap Sara menjadi orang terakhir.

Gue kayaknya agak gila juga, mana ada baru ketemu dua kali udah bilang suka. Mana ada orang mau percaya? Tapi gue nggak peduli. Sara telah membuat sejarah baru dalam hidup gue. Untuk pertama kalinya gue berani confess ke cewek secara langsung lewat mulut gue ini. Sebelumnya gue cuman bisa ngomong lewat text baik itu lewat surat ataupun SMS.

Sayangnya, Sara masih belum bisa menerima gue. Jelas, mana ada orang yang mau menerima orang yang baru dua kali ditemuinya. Bahkan kencan yang berkesan apes dan banyak drama. Sangat tidak meyakinkan.

Gue nggak menyerah. Sampai hari ini gue masih terus berusaha untuk meyakinkan Sara kalau gue beneran sayang sama dia. Semenjak kenal Sara, gue udah menghapus akun dating app gue, udah membatasi interaksi dengan lawan jenis. Bahkan cewek yang dulu pernah nolak gue yang kini mulai mengejar gue pun gue abaikan karena gue udah menyerahkan hati dan perasaan gue ke Sara.

Bagi gue, Sara adalah penjaga hati gue meskipun saat ini dia belum menyukai gue. Tapi gue percaya, segala sesuatu yang sudah ditakdirkan bakalan mendekat, dan yang tidak ditakdirkan bersama bakalan pisah. 

Seiring berjalannya waktu, perilaku Sara udah lebih baik dari saat kencan pertama kami. Cinta memang gak bisa dipaksakan. Gue juga gak bisa memaksa Sara untuk suka ke gue, tapi gue nggak menyesal confess dan deket sama Sara. Gue menjadi lebih baik daripada gue sebelumnya.

Tidak terasa, sudah hampir 3 bulan gue  deket sama Sara. Gue nggak tau sampai kapan akan deket sama Sara. Mungkin kalau gue udah capek dan Sara nggak bisa menerima hati gue, gue bakalan menyerah kok dan mundur. Gue udah ikhlas dan pasrah dengan takdir. Setidaknya gue udah berusaha semampu gue. Gue udah effort memberikan waktu, harapan, dan cinta gue buat dia. gue juga udah mengungkapkan isi dan gejolak di dalam dada.  Gue beneran sudah ikhlas. Tingkatan tertinggi dari mencintai adalah merelakan dan tidak memaksakan orang tersebut mencintai kita. Cinta itu seperti agama. Tidak ada paksaan untuk memeluk dan mencintai.

Bertemu dia sudah cukup banyak mengajarkan gue banyak hal. Seperti berani mengutarakan isi hati secara langsung, rela memberikan effort lebih untuk orang yang kita sayang, dan belajar menerima kekurangan pasangan. Meski demikian, gue masih berharap jika dia menjadi pelabuhan terakhir gue untuk menepikan biduk gue. Gue percaya, sejauh apapun jika ditakdirkan berjodoh, pasti bakalan bersatu, tapi jika memang gak berjodoh, meskipun satu kota juga nggak bakalan bertemu.

Terimakasih berkat kamu, gue jadi bisa membuka pintu hati yang sudah lama tertutup. Doain gue gaes, semoga hubungan kami bisa lancar.


Comments