Selamat Jalan Kucing Kesayanganku yang tragis



“Segala yang terjadi dalam hidupku ini, adalah sebuah misteri ilahi”

Sebuah potongan lirik lagu dari Ari Lasso yang menggambarkan bahwa hidup ini adalah rahasia Tuhan. Melalui tulisan ini, gue cuman mau curhat dan meluapkan emosi yang gue pendam beberapa hari ini. Tahun 2024 baru berjalan beberapa hari, tapi entah kenapa cobaan menyakitkan datang kepada gue. 

Minggu 6 Januari 2024, gue baru saja kehilangan sesuatu yang gue cintai dan gue sayangi. Gue kehilangan Kuncung III, kucing kesayangan gue yang telah menemani gue selama 5 tahun ini. Kehilangan ini begitu mendadak dan cukup tragis.

Sabtu tanggal 5 Januari, Kuncung, masih sehat masih menyusui kelima anaknya. Kuncung baru saja 2 minggu melahirkan. Cerita berawal saat hari Sabtu Sore, Kuncung tiba-tiba pergi seperti biasa. Seperti biasa, Kuncung bermain ke rumah tetangga yang ada di samping dan beberapa rumah di sebelahnya. Kucing gue emang sering banget nongkrong dan tidur di rumah tetangga. Tapi Malam hari itu gue merasa aneh. Udah malem kuncung belom pulang. Biasanya dia selalu on time menyusui anak-anaknya.

Gue masih berfikir positif, barangkali Kuncung terkurung di rumah tetangga. Hingga pagi tiba, Kuncung tidak kunjung pulang. Anak-anaknya masih menangis seolah ingin disusuhi. Ini mengindikasikan jika malam hari kuncung belum pulang. Gue masih berfikir positif, mungkin terkurung di rumag tetangga, mengingat lampu tetangga masih nyala.

Minggu, 7 Januari, gue pun pergi ke Jogja untuk mencari kos. Gue akan studi lanjut lagi, jadi mau enggak mau harus ngekos. Singkat cerita, setelah kelar urusan di Jogja, gue pulang. Sesampai di rumah, Kuncung belum juga pulang ke rumah. Anak-anaknya masih tidur berpelukan satu sama lain. Hingga siang hari, Kuncung, belum pulan. Pikiran gue udah mulai kacau. Pikiran-pikiran negatif telah menghantui isi otak gue.

“Jangan-jangan kucing gue di tangkap orang.”

Itulah yang ada dipikiran gue kemarin.

Keesokan harinya, Senin, 8 Januari 2024, Kuncung juga belum pulang ke rumah. Tiba-tiba, nyokap nanya ke tetangga tempat Kuncung sering main. Tiba-tiba, nyokap teriak memanggil gue.

“Le… jarene Bu Wahono, Kucingmu wis mati wingi.”

Gue agak kaget gak percaya.

“Kok bisa, Bu. Sabtu sore kemarin aja masih sehat dan main.”

“Maaf Mas Wisnu. Kemarin kucingnya mati, pagi-pagi di depan pintu. Mulutnya berbusa.”

Seketika pagi itu menjadi gelap. Gue masih enggak percaya.

“Lha terus mayat kucing di mana Bu?” tanya gue.

“Lha gak tau Mas, kemarin yang buang Bapak.” Ucap tetangga gue.

“DIBUANG????” GUE MAKIN SHOCK.

Pagi itu gue udah lemes. Semangat kerja gue hilang seketika. Bisa-bisanya bankai kucing baru sehari dibuang. Kenapa enggak dikasih ke gue? Padahal rumah gue dan tetangga gue ini deket banget, hanya selisih 1 rumah.

Pagi itu, gue cuman galau, sesekali misuh.

Gue jadi curiga sama tetangga gue. Biasanya tetangga gue ini sering banget nanya ke gue soal kucing. 

“Mas… itu kucingnya bukan ,ya, kok gelutan.”

“Mas… kucingnya njenengan di rumah saya.”

“Ini ayam punya bapak? Saya bawakan mas.”

“…”

Gue berasumsi, kucing gue emang sengaja diracun tikus, atau gak sengaja makan makanan yang udah diberi racun tikus untuk membunuh tikus. Gue masih enggak percaya kucing gue mati. Hari itu, gue di sekolah udah lemes, lungkrah lemes, lesu. Gue langsung WA keluarga di rumah tentang kondisi gue. Akhirnya, bokap dan tetangga yang membuang kucing gue di kali menyuri sungai untuk mencari bangkai kucing gue. Jujur aja, gue udah ikhlas kucing gue mati, tapi setidaknya, gue bisa meluhat bangkainya untuk terakhir kalinya dan gue bisa kubur di rumah gue. 

Sedih banget, kucing ini udah 5 tahun menemani gue, menjadi saksi bisu Corona, dan saksi renovasi rumah. Kucing gue juga terbilang unik karena saat pertama kali dibawa bokap dari Panti Antasena, warna bulunya putih. Seiring berjalan waktu berubah menjadi orange. Selain itu, kucing gue hobi banget nemenin solat dan ikut foto.

Kuncung lagi kepanasan


Ya Allah… gue  nangis banget.

Kemarin, setelah menyusuri sungai pembuangan kucing, kucing gue enggak ketemu. Sumpah nyesek banget, Padahal baru nyusuin anak selama 2 minggu harus mati sia-sia ditangan tetangga, dan ironisnya bangkainya dibuang di sungai.

Logika cacat banget kan, kalau kucing mati kan bisa dipendem. Apalagi sekitar rumah banyak tanah. Gue makin curiga, kalau tetangga gue ini takut banget.

Kucing gue ini kucing yang paling gue sayang. Kucing yang jadi induk parak kucing di rumah gue. Gue bisa ikhlas kalau ada kucing gue mati, tapi tidak dengan Kuncung III, kucing orange kesayangan keluarga gue.

Beberapa hari sebelumnya gue memang udah punya firasat, Semenjak sebulan terakhir, kucing gue manja banget sama gue. Dia sering banget tidur di samping gue tiap malem, sering tidur di atas perut gue, nemenin gue nonton film dengan cara tidur di samping laptop, dan selalu menemani gue dan keluarga gue solat jamaah. Kucing gue juga sering banget nemenin gue tahajud. Kadang setelah selesai solat, kucing gue selalu tiodur di atas sarung dan di sampung sajadah gue. 

Gue juga semppet ngomong sama diri gue,

Kuncung lagi menyusui anak-anaknya


“Tumben, kucing gue kok manja banget. Enggak biasanya tiap hari nemenin gue tidur.”

Bahkan gue sempet ngomong sama nyokap,” Bu… tolong Kuncung di jaga ya nek aku kuliah di Jogja.”

Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Gue harus berpisah dengan Kuncung di tengah pencapaian gue lolos LPDP dan studi lanjut. Gue berusaha mengikhlaskan. Kuncung masih meninggalkan banyak keturunan. Gue janji, akan ngopenin keturunan kuncung, terlebih lagi, kucing yang mirip dengan kuncung.

Selamat jalan kuncung, maaf untuk terakhir kalinya gue enggak bisa melihat jasadmu untuk terakhir kali.  Bismillah, gue ikhlas. Kuncung bukan hanya sekedar kucing, tapi udah bagian dari keluarga besar gue. Semua ponakan, kerabat gue suka banget sama Kuncung. Semoga gue kuat menjalani hidup ini. Gue enggak akan pernah lupa. 

Makasih udah mau baca curhatan gue. Gue nulis gini cuman mau meluapkan isi di dada. Selamat jalan Kuncung III, my beloved orange Cat. I Love U so much.

Kucing Kesayangan Menemani 5 tahun keluarga gue




Comments