Pengalaman Apes di Saloka Park Jawa Tengah (REVIEW)


Selamat tahun baru 2020, semoga tahun ini menjadi tahun lebih baik untuk kita semua. Buat yang masih nganggur, semoga lekas dapet kerja yang cocok, yang belum kawin, semoga segera dipertemukan dengan belahan jiwa masing-masing, dan yang masih mager, semoga segera bangkit.


Ini adalah postingan pertama gue di tahun 2020. Hari ini gue bakal sharing pengalaman nista yang gue alamin di sebuah objek wisata atau wahana bermain di daerah Salatiga. Ini cuman hasil pendapat dan pengalaman gue pada hari itu. Oke, daripada kelamaan, langsung aja. Tapi, tolong bantu subscribe channel youtube gue donk. Masa subcribernya cuman segitu aja. Yang mau subsctibe gue doain rejekinya lancar. AMIN.

Tanggal 1 Januari kemarin, gue dan keluarga pergi ke wahana bermain Saloka Park. Kami pergi dalam rangka liburan tahun baru. Kebetulan adik gue libur kuliah, nyokap dan bokap libur, jadi kami ingin quality time. Nyokap pengen banget pergi ke Saloka Park gara-gara abis melihat foto temennya. Akhirnya diputuskan liburan tahun baru ke Saloka Park.

Menurut google map, lokasi Saloka Park berada di daerah sekitaran Rawa Pening, jadi enggak begitu sulit untuk menemukan lokasi. Pagi-pagi gue berangkat dari rumah via Kopeng. Alasan gue lewat Kopeng karena untuk mengantisipasi macet liburan Natal dan Tahun baru. Beberapa waktu itu jalan-jalan di Jogja, Magelang, bener-bener macet.

Jalanan pagi itu cukup sepi, apalagi jalan Solo-Semarang. Gue dan keluarga sampai di Saloka Park pukul 10.24 AM. Lokasinya berada di pinggir jalan raya. Jadi cukup mudah menemukan Saloka Park. Bahkan di sepanjang jalan menuju Saloka Park udah diberi papan petunjuk arah dan jarak tempuhnya.

Sampai di lokasi, gue memarkirkan mobil ke tempat yang udah disediakan.  Gue cukup kaget karena banyak banget mobil-mobil maupun bus yang ada di parkiran. Barangkali hal ini dikarenakan libur tahun baru. Tarif parkir di Saloka Park untuk mobil 15 ribu. Lokasi parkiran dan loket tiket cukup jauh. Tapi enggak usah khawatir, di sana udah disediakan fasilitas shuttle untuk antar jemput pengunjung dari parkiran menuju depan loket, begitu pula sebaliknya.
*Shuttle Penjemputan*

Ada beberapa halte penjemputan shuttle di parkiran. Kemarin, banyak banget orang yang menunggu di halte. Shuttle juga selalu cepat penuh. Jadi mau enggak mau kita harus berebut naik shuttle. Bukan orang Indonesia kalau enggak bar-bar. Jadi kemarin banyak pengunjung yang menyetop shuttle di tengah jalan dan berebut naek. Jadi saat shuttle udah sampai di halte, ya udah penuh dan pengunjung di halte enggak dapet bagian.

Menurut gue, seharusnya ada petugas yang berjaga di halte. Para pengunjung diharuskan antri. Kalau kayak kemarin ya berlaku hukum rimba. Gue kasian sama nenek-nenek dan orang yang lagi kesusahan jalan. Mungkin Saloka Park perlu mencontoh sistem shuttle di Pantai Manganti Kebumen. Jadi untuk naik shuttle, ya para pengunjung harus sabar antri.

Setelah naek shuttle, gue dan penumpang lainnya diantar sampai pintu masuk ticketing. Antrian di loket pagi lalu cukup panjang.  Padahal ada 6 stand loket tiket masuk. Karena gue kasian sama bokap dan nyokap kalau harus ikut antri, akhirnya gue dan adik gue ngantri di depan loket. Gue cukup kaget karena biaya masuk ke Saloka 150 ribu.

“Wah… mahal banget.”

Kata gue dalam hati. Tapi ya udah terlanjur sampe sini. Lagian, Wahana Saloka Park ini usianya juga masih baru. Baru diresmikan tahun beberapa bulan lalu, jadi wajar kalau mahal. Bangun Saloka Park kan pake duit, bukan pake daun. Jadi wajar yak, kalau mahal.


Tapi, tenang aja. Untuk anak usia di bawah 2 tahun gratis dan untuk lansia ada diskon. Menurut gue Saloka Park emang tempat main anak-anak dan kaum dewasa. Menurut gue nenek-nenek lansia emang enggak cocok maen ke sini. Kecuali nenek lansia tadi emang suka memacu adrenalin seperti di lempar dari ketinggian 40 meter, naik roller coster dll.
*tiket Saloka Park*

Owh iya, untuk pembayaran Saloka Park juga bisa lewat traveloka. Setelah berjibaku dengan antrian, gue dapet selembar tiket kertas. Tanpa menunggu lama,  gue masuk ke gate. Sebelum masuk ke pemeriksaan tiket, barang bawaan kami digeledah terlebih dahulu. Pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam Saloka Park kecuali kalian membeli makanan dan minuman di komplek Saloka Park. Sungguh sangat memonopoli banget. Udah bayar mahal tapi enggak boleh bawa makanan dari luar.
*Gate Memasuki Wahana*

Gue dan keluarga masuk setelah men-scan tiket kami ke alat. Ada banyak sekali wahana di Saloka Park. Menurut pengelola terdapat 25 wahana dan kita udah free untuk menaiki semua wahana tadi. Kalau dipikir-pikir duit 150 ribu bisa naik 25 wahana itu cukup murah. Jadi setiap wahana hanya membayar 6000 rupiah aja. Harga yang lebih murah daripada di Sindu Kusuma Edupark (SKE) Jogja. Kalau di SKE, biaya masuk lokasi hanya 15 ribu, tapi untuk menikmati wahana dikenakan biaya sekitar 10 ribu-20 ribu. Jadi pengunjung harus naek semua wahana.

Untuk yang pertama gue masuk ke wahana Galileo. Lokasinya berada di sebelah gate masuk. Di sana kami telah disambut oleh petugas.

“Silakan foto dulu bapak, ibu sekeluarga.”  Sapa mbak-mbak petugas Saloka
“Foto buat apa mbak.” Kata gue penasaran.
“Untuk dokumentasi kami mas.”
“…”

Gue sekeluarga pun foto. Awas! Ini jebakan batman bro. Jadi setelah difoto, ternyata kita disuruh membeli foto ini  baik berupa foto biasa maupun dalam bentuk kalender. Sumpah, nyesek banget. Biaya untuk nyetak foto menurut gue mahal banget. Untuk seukuran kertas HVS dibagi dua, kita harus bayar 50 ribu dan untuk bentuk kalender kecil dikenakan biaya 80 ribu. Buat yang punya duit banyak dan kelebihan duit sih oke-oke aja, tapi buat anak kos ya cukup mahal banget. Kalau gue lihat, biaya cetak foto enggak sampe 10 ribu lho. Iya, karena gue juga sering ngeprint foto jadi tahu.
*Wahana Di Galileo*

Pengunjung enggak wajib menebus foto tadi kok. Tapi, ya gue takut kalau foto-foto tadi bakal disalahgunakan. Saran aja, sebelum dilakukan pemotretan, pengunjung diberi tahu dan dikasih penjelasan dahulu.

Back to story, kami pun masuk ke ruang Galileo. Pada wahana ini terdapat sekali info-info dan benda yang berhubungan dengan science kayak dinosaurus, bakteri, organ tubuh, pesawat luar angkasa, pelanet dan masih banyak lagi. Menurut gue, ruangan ini yang paling sedikit peminatnya jika dibandingkan dengan wahana lainnya.







Setelah puas di ruang Galileo, kami melanjutkan perjalanan ke wahana yang lain. Gue pengen naik bianglala raksasa. Tapi, setelah melihat antrian kayak ular naga, gue dan keluarga memilih melanjutkan ke wahana yang laiinya.

“Ingon-ingon” adalah wahana yang gue kunjungi selanjutnya. Pada wahana ini,pengunjung akan diajak melihat hewan-hewan kayak ayam, burung kakak tua, kuda, kura-kura luar negeri, angsa hitam dan hewan laiinya. Ya, bisa dibilang kebun binatang mini.

Gue enggak lama di Ingon-ingon. Nyokap pengen bosen lihat hewan. Kamipun lanjut ke wahana sepeda kumbang yang relnya seperti jalan layang. Pas mau masuk antrinya, bikin ngelus dada. Padat banget! Kata petugasnya kalau antri harus nunggu sekitar 1,5 jam. Parah banget. Akhirnya gue mengurungkan niat dan lanjut ke wahana selanjutnya.

Gue menuju rumah hantu. Yap, bangunan yang sering gue lihat di story-story temen-temen gue. Ternyata, mereka foto dan ngerekam di Saloka Park. Antrian di rumah hantu juga parah banyak banget. Akhirnya gue ikut antri. Kalau gue antri ya gue enggak akan bisa menikmati wahana di Saloka Park.
*Antri Lama Banget*

Setelah hampir sejam, gue masuk ke rumah hantu. Dalam angan-angan, gue bakal ditakuti sama setan, ternyata enggak. Bisa dibilang wahana ini biasa aja. Kurang greget! Barangkali ada petugas yang menyamar jadi setan dan menakut-nakuti pengunjung.

Matahari semakin tinggi dan gue sekeluarga udah capek. Iya, capek gara-gara berdiri nunggu. Perut lapar, capek adalah kombinasi yang pas kala itu. Terdapat beberapa stand makanan di dalam Saloka Park. Gue berencana beli sesuatu untuk di makan. Singkat cerita, gue pesen makanan di kasir. Jadi sistem pembelian makanan di dalam Saloka itu, kita pesen di kasir, bayar dan tinggal nunggu panggilan. Setelah pesen, gue cukup shock. Gue shock bukan karena abis digodain mbak-mbak kasir, tapi kaget gara-gara harus nunggu antrian sampe 30 orang. Setelah tahu, gue batal beli makanan di sana.

Selain lama dan kurang ready, harga makanan di dalam Saloka Park terbilang cukup mahal untuk jenis dan porsi makanan tadi. Harga makanan kayak sosis, hot dog, chicken katsu dibandrol dengan harga 30-50 ribu. Busyet, mahal banget itu coy!

Jelas banget kayak dimonopoli. Enggak boleh bawa makanan dan minuman dari luar, tapi harga makanan dan minuman sangat mahal. Beda banget dengan Sindu Kusuma di Jogja, di sana masih diperbolehkan bawa makanan dan minuman dari luar. Menurut pendapat gue, Saloka Park ini diperuntukan buat orang menengah ke atas, untuk orang yang penghasilannya masih menengah ke bawah, kurang cocok. Kecuali mereka ingin menghambur-hamburkan uang. Itu sih hak dan kebebasan tiap orang.

Gue lihat bokap dan nyokap udah keliatan capek. Akhrnya gue menuju wahana terakhir yang menurut gue sepi. Yap, gue pengen naik roller coaster. Dari luar keliatan sepi. Gue dan adik gue masuk ke dalam sedangkan bokap nyokap nyari makanan.

Sampai di dalam, ternyata sama aja. Sama-sama antri. Ya udah deh, akhirnya gue nunggu sampe sejam. Singkat cerita, akhirnya gue naik roller coaster KW. Kenapa gue bilang KW, ya menurut gue roller coaster di Saloka Park itu enggak beda kayak di WBL (Wisata Bahari Lamongan). Keretanya kecil, dan manufernya enggak seektrem di Dufan, ditambah lagi kemarin cuman satu putaran aja. Ya menurut gue wajar, untuk mempersingkat waktu dan antrian maka cuman satu putaran aja. Saat naik roller coaster ini gue cuman bengong aja. Kurang berasa menurut gue.


Setelah turun dari roller coaster, gue langsung keluar menuju parkiran. Gue udah capek banget dan laper. Gue kurang puas maen di sini terlebih lagi momen yang juga enggak pas. Gue saranin buat kalian yang pengen ke Saloka Park, hindari musim liburan dan tanggal merah!


Jadi dalam satu hari di Saloka Park, gue cuman dapet 4 wahana aja. Padahal masih banyak wahana.  Jadi tiap wahana gue membayar 37500 rupiah. Hahahaha, angka yang cukup mahal untuk tiket sebuah pasar malam mewah. Gue berharap lebih ditingkatkan lagi pelayanannya. Sukses selalu buat Saloka Park. Semoga gue bisa maen ke Saloka Park lagi, tentunya dengan biaya yang lebih murah dan bisa menikmati semua wahana.

Yap, mungkin cukup ini aja cerita dari gue. Semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada salah kata. Apa yang gue tulis adalah pengalaman pribadi gue, jadi belum tentu juga terjadi pada kalian. BYE.!
Comments