Hallo gaes, what’s up! Welcome March. Sumpah, gue cukup kaget karena sekarang udah masuk bulan Maret aja. Padahal kemarin masih bulan Februari. Ya wajar aja sih, bulan Februari kemarin cuman 28 hari doank.
Pada postingan kali ini gue akan membagi pengalaman trip gue kemarin akhir pekan di sebuah candi di Magelang. Tepatnya adalah Candi Selogriyo.
Baru pertama kali dengar ya?
Wajar aja kalau baru pertama denger. Candi ini enggak se-famous candi Borobudur dan candi Prambanan, menurut orang Indonesia. Tapi, candi ini dikenal orang luar negeri kok. Hal ini terlihat dari banyaknya nama di daftar buku pengunjung luar negeri di candi Selogriyo.
Jadi, Sabtu kemarin gue pulang ke rumah. Ya, itung-itung refereshing gara-gara puyeng mikir thesis yang enggak kunjung kelar. Lha mau kelar gimana kalau belum dapat data penelitian yang bener-bener bagus. Siang itu gue langsung berangkat menuju lokasi. Sayangnya, gue belum pernah pergi ke candi Selogriyo dan gue belum tahu dimana tepatnya lokasi candi Selogriyo.
Menurut info hasil googling, candi Selogriyo berada di Windusari, Kabupaten Magelang. Gue juga enggak lupa cek google map untuk memastikan jalan mana yang akan gue ambil. Setelah menemukan rute yang pas, gue cabut ke TKP. Gue berangkat dari Borobudur ke arah Kota Magelang. Rute yang gue ambil adalah via MBabrik, Tempuran, Bandongan. Sebenarnya ada dua alternative rute untuk mencapai lokasi. Yang pertama via Pasar Babrik, dan yang kedua Via Kota Magelang-Bandongan-Windusari.
Cuaca siang itu cukup panas, tapi sepertinya gue salah mengambil rute. Jalan yang gue ambil adalah jalan gunung, jalan berkelok-kelok, naik turun. Tapi, dibalik itu semua, gue disuguhi pemandangan yang yang cukup elok, iya elok kaya kamu.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, sampailah gue di Bandongan. Gue langsung menuju arah Windusari. Owh iya, gue ada saran buat kalian yang akan pergi ke Candi Selogriyo. Sebaiknya kalian mengambil rute dari Kota Magelang-Bandongan-Windusari. Yap, jalan menuju sana udah bagus, lebar, mulus, enggak seperti jalan via Tempuran.
Selama perjalan menuju Windusari, kalian akan disuguhi keindahan gunung-gunung yang mengelilingi Magelang dan kalian juga akan bisa melihat indahnya Kota Magelang dari atas. Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah di loket tiket masuk candi. Di deket loket terdapat sebuah gapura dengan tulisan Candi Selogriyo. Gue membayar tiket masuk dan parkir. Untuk biaya masuk ke candi Selogriyo 5000 untuk wisatawan domestik dan 25k untuk turis asing. Cukup murah banget kan? Setelah ngobrol-ngobrol dengan mbak-mbak penjaga loket, ternyata masih sekilo lagi.
Gue meneruskan perjalanan yang menyenangkan ini. Sawah yang hijau, gunung-gunung dan bukit yang mengelilingi sekitar menambah keromantisan siang itu. Jalan menuju candi sudah cukup baik, maksudnya sudah berpaving. Sayangnya jalan yang dipaving cukup sempit. Jika ada dua motor berpapasan, salah satu harus mengalah. Terlebih lagi kiri kanan adalah jurang. Jadi saran gue bagi yang masih amatir naik motor, gue saranin kalian jangan bawa motor sendiri. Dan yang terpenting gunakan motor manual, bukan motor matic karena lebih berisiko. Owh iya, untuk menuju candi, hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, baik sepeda maupun motor. Untuk mobil enggak bisa.
Setelah hampir sejam perjalanan, gue sampai di parkiran candi Selogriyo. Kita harus menaiki tangga 200 meter untuk sampai di puncak. Sumpah, gue cukup kaget. Udara yang sangat bersih, jauh dari polusi, suara gemercik air yang bening dan segar menambah kekaguman gue. Bunga-bunga tumbuh subur dan yang paling bikin gue mangap-mangap adalah adanya ratusan kupu-kupu yang terbang di pepohonan. Hal ini merupakan indikator jika udara di sini masih sangat bersih. Pasti kalian udah jarang melihat kupu-kupu kan? Maksudnya bukan kupu-kupu malam lho ya.
Sesampai di atas, gue disuguhi sebuah kumpulan batu andesit yang berdiri tegak di atas bukit. Yap, sampailah gue di Candi Selogroyo. Candi yang enggak terlalu besar jika dibandingkan dengan candi Mendut cukup membuatku terkedjoed. Terlihat sebuah tali yang mengitari candi, seperti membentuk ikatan. Menurut gue, itu adalah pengaman agar candi enggak lepas.
Ternyata candi Selogriyo ini udah dipindahkan dari letaknya yang semula. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006, saat gempa Jogja membuat kontruksinya mengkhawatirkan. Oleh karena itu, candi ini dipindahkan hingga terletak di posisinya sekarang.
Candi ini cukup sepi. Hanya ada gue dan beberapa kids zaman now yang lagi pacaran. Wajar aja, cuman orang-orang yang suka dengan candi yang akan pergi ke sini. Lha lokasi dan medanya cukup sulit, sehingga bikin orang males buat berkunjung. Candi yang terletak di kaki gunung Sumbing ini merupakan candi Hindu yang menghadap ke arah Timur.
Pada bagian sisi candi, terdapat beberapa arca yang cukup memperihatinkan keadaanya. Arca yang rusak dan dan juga yang udah hilang bagian kepalanya. Sunggu sangat ironi. Gue berharap udah enggak ada kejadian patung candi yang hilang. Owh iya, FYI, candi ini berada diantara bukit Giyanti , Condong dan Malang. Candi Selogriyo terletak tepatnya di Dusun Campurrejo , Desa Kembangkuning Kecamatan Windusari , Kabupaten Magelang.
Jika kalian pecinta tracking dan hinking, pergi ke candi Selogriyo ini sangat cocok buat kamu. Enggak ada info yang detail mengenai candi Selogriyo. Yang terpenting mari kita lestarikan cagar budaya yang dimiliki bangsa ini. Candi Selogriyo ini merupakan bukti bahwa peradaban jaman dulu sudah sangat tinggi sekali.
Oke, mungkin cukup ini aja tulisan dari gue. Makasih udah mampir dan mau baca. Jika ada pertanyaan silakan tinggalkan komentar di bawah atau kalian bisa kirimkan ke email gue. BYE.