Hello gaes, welcome in 2017. Ini adalah tulisan pertama gue di tahun yang baru ini. Mohon maaf banget baru bisa update hari ini karena kemarin sibuk UAS, dan sibuk mempersiapkan liburan UAS, eaa.
Oke, to the point aja gaes, gue mau berbagi pengalaman yang kurang sedap pada kalian. Pengalaman yang baru aja gue alamin tadi pagi. Tapi, sebelumnya gue enggak bermaksud menjelek-jelekan, tapi gue cuman mau berbagi pengalaman yang gue alamin. Jadi, it’s no hoax.
Jadi, pagi tadi, gue dan adik gue ingin pergi melihat sunrise. Mumpung liburan, jadi gue ingin traveling dan menyegarkan pikiran. Lagian adik gue ingin piknik. Ya udah, sebagai kakak yang baik, gue pun mengajak adik gue ngetrip. Karena rumah gue deket dengan spot wisata, jadi gue pergi ke tempat yang deket-deket aja. Lagian kalau ada tempat yang deket, kenapa harus jauh. Cintailah produk lokal.
Jam 5 pagi, gue berangkat dari rumah. Gue berencana ke Purwosari Hill. Soalnya gue belum pernah ke sana juga. Dulu pernah sih, tapi cuman sampe parkiran doank. Singkat cerita, sampe depan gapura menuju Purwosari hill, gue merasa agak aneh. Biasanya ada tulisan “Selamat Datang di Purwosari Hill”. Tapi tadi gue enggak melihat tulisan atau melihat MMT-nya. Gue cuek aja, dan menuju TKP. Tapi, pas sampe TKP, gue merasa aneh lagi. Kok sepi, kok gak ada petugas parkir atau motor yang parkir, dan gak ada orang yang teriak-teriak “Parkir mas… sini”. Sumpah, mungkin dalam hati jangan-jangan udah gak dipake lagi buat liat sunrise.
Oke lah, melihat keganjilan ini akhirnya gue balik. Karena udah sampe di sini, ya udah gue ajak adik gue ke Gereja Ayam yang jadi saksi bisu perselingkuhan Rangga dan Cinta di AADC 2. Lokasinya gak jauh dari lokasi gue sekarang. Lagian adik gue juga belum pernah ke gereja ayam. Akhirnya kami berdua langsung cus ke gereja Ayam.
Singkat cerita, sampelah gue dan adik gue di parkiran gereja ayam. Lha disinilah baru ada tanda-tanda kehidupan, gak seperti di Purwosari Hill. Mobil, warung, petugas parkir yang berteriak-teriak untuk mengarahkan parkir pun menyambut kedatangan gue dan adik gue.
Ini bukan pertama kalinya gue pergi ke Gereja Ayam. Ini adalah keempat kalinya gue ke gereja ayam. Dari gereja ayam masih seperti hutan, sampe menjadi lokasi syurting AAD seperti saat ini, gue tahu. Motor diparkirkan di bawah dan kami langsung menuju ke atas bukit Rhema, ke tempat gereja ayam. Terlihat, ada mobil jeep merah. Mungkin jasa dari bawah ke atas biar gak capek. Tapi, karena gue udah tahu kondisi tracking, jadi gue dan adik gue jalan kaki aja. Karena lokasi dari parkiran sampe ke gereja ayam cuman 100 meter aja.
KOndisi awal gereja Ayam
Pas mau naik ke TKP, gue melihat banyak sekali perubahan. Misalnya gue melihat ada bangunan bertuliskan “tiket” dan ada anak tangga di bagian kanan jalan. Yap, perubahan yang cukup keren. Padahal pertama kali ke gereja ayam bersama bokap masih jalan tanjakan tajam dengan batu menghiasi jalanan. Setelah itu, pas gue nganterin temen gue, jalan udah berangsur baik. Jalan udah dicor sehingga udah gak licin.
Gue dan adik gue mampir sebentar ke tiket. Siapa tahu sekarang tiketing udah bisa di beli di bawah. Sebelumnya, pertama kali gue ke gereja ayam belum ada tiketing, tapi seiring berjalannya waktu, pas mau masuk bangunan ada tiketing di pintu masuk. Mungkin pengelolaan di sini udah mulai dibangun.
“Mas… tiketipun pundi?” kata gue dengan bahasa Jawa.
“Dereng buka mas, langsung mawon” (Belum buka mas, langsung aja). Kata orang di dalam loket yang masih memakai sarung.
“…”
Mendengar itu, gue langsung ke atas. Mungkin gue kudu beli tiket di atas kali. Singkat cerita, setelah berjalan 10 menit, akhirnya gue dan adik sampe di gereja ayam. Emang bener udah banyak yang berubah di sini. Warung-warung penjaja makanan dan minuman menghiasi sekitar gereja ayam.
Kondisi di atas masih sepi. Hanya ada beberapa orang yang ada di sana yang sedang berfoto-foto di depan gereja ayam. Mungkin salah satu mereka adalah rombongan yang naik jip merah. Di atas puncak juga terdapat beberapa orang yang berfoto-foto.
Selesai beristihat sejenak, gue dan adik gue langsung menuju pintu masuk menuju bangunan. Beberapa orang yang foto-foto tadi juga mengikuti jejak gue. Pas gue mau masuk, tiba-tiba ada petugas yang berjaga. Beberapa orang bertanya harga tiket masuk. Tapi sayang, penjaga pintu gereja ayam adalah orang disabilitas yang tidak bisa berbicara. Si Petugas memberi isyarat kalau harga satu tiket 15 ribu.
Mendengar hal itu, gue agak shock. Padahal terakhir ke sana harga tiket 10 ribu. Gue sebaagai orang lokal agak gimana gitu. Tapi, buat rombongan di belakang gue gak masalah. Soalnya mereka gak tau harga tiket sebelumnya. Akhirnya rombongan di yang ada di belakang gue masuk ke dalam. Tinggal gue dan penjaga pintu masuk bangunan.
Guepun berbicara dengan beliau dengan isyarat kalau harga sebelumnya 10 ribu, bahkan gue menunjukan KTP gue. Gue ingin menunjukan kalau gue ini bukan orang jauh, cuman orang dari kelurahan sebelah. Si Penjaga tadi paham maksud gue, akhirnya dia mengais-ngais tiket di tempat sampah dan menunjukan ke gue. Beliau menunjukan kalo emang harga tiketnya emang masih 10k. Dia juga ngasih kode jam ditangan gue, dan angka 6. Mungkin maksudnya, kalo sebelum jam 6 harga tiket 15k, tapi setelah jam 6, harga tiket normal lagi menjadi 10k.
Oke lah, lagian jam juga masih menunjukan 05.45. Masih ada seperempat jam lagi. Gue dan adikku menunggu di depan pintu masuk. Semakin lama, semakin banyak orang yang berdatangan dari belakang bangunan. Kemungkinan mereka dari Punthuk Setumbu. Terlihat juga beberapa guide yang membersamai mereka. Udah dipastikan kalau mereka adalah rombongan dari Puntuk Setumbu. Tiba-tiba orang-orang menuju pintu masuk dan ingin masuk. Tapi, pas mau masuk tiba-tiba dihadang oleh petugas penjaga pintu. Dari arah belakang pintu, munculah mbak-mbak yang mejelaskan. Kalau untuk masuk, nunggu jam 6 terlebih dahulu. Alesannya tiketnya baru buka jam 6. Terus ada orang yang protes, “Lha itu tadi ada yang masuk, dan itu ada yang di atas.” Si petugas pun ngeles, Katanya mereka udah booking dari kemarin. Gue cuman diem aja, lha tadi ada yang baru masuk bayar 15 ribu.
Lha kok Loe gak masuk dulu Nuuk?
Ya gue mah nunggu jam 6 aja. Meskipun beda 5000 tapi gue kan berdua sama adik gue. Lumayan loh 10k, lagian duit gue juga lagi menipis.
Back to story,
Akhirnya orang yang tadi mau masuk, duduk lagi di sebelah gue. Jam ditangan gue udah menunjukan 6 kurang 5 menit. Tinggal lima menit lagi. Semakin lama, pengunjung yang datang semakin banyak. Tapi, kalau gue lihat mereka adalah rombongan dari puntuk setumbuk yang ditemani para guide. Kalau gue tebak, para guide ini adalah orang lokal yang mengelola Gereja ayam ini.
Guepun iseng-iseng ngobrol-ngobrol dengan guide tadi. Ternyata beliau emang orang lokal. Beliau juga menjelaskan kalau emang tiket sebelum jam 6 emang 15 ribu, dan setelah jam 6, harga kembali 10 ribu. Beliau juga menjelaskan tentang objek yang tadi gagal gue kunjungi gara-gara ada masalah intern.
Gak lama kemudian ada rombongan yang datang. Dan tiba-tiba aja masuk. Menurut hasil mendengar obrolan guide dan penjaga pintu, rombongan yang masuk adalah rombongan pak Lurah. Tapi gue enggak tau lurah mana.
Semakin lama semakin banyak orang yang datang. Singkat cerita jam ditangan gue dan di tangan mas-mas guide yang bawa wisatawan tadi udah menunjukan angka 06.20. Anjir banget kan, gue agak shock. Tadi katanya jam 6, ini udah hampir setengah 7 tapi tiket belom juga dibuka. Melihat keganjilan ini, para pengunjung tadi berusaha mendekati pintu masuk. Karena udah gak kondusif, tiba-tiba para guide yang memabawa para wisatawan tadi bilang ke salah satu bawaanya.
“Sini biar saya belikan tiketnya di belakang aja.” Kata salah satu guide.
Salah satu pengunjung memberikan uang ke guide dan tiba-tiba orang yang membawa tadi lari ke belakang bangunan.
Salah satu turis bertanya kepada salah satu penjaga pintu.
“Loh, masnya tadi kok ke belakang, emang tiketnya di mana mbak?”
“Di belakang bangunan pak.” Balas petugas penjaga pintu masuk.
Gak lama kemudian, dari arah belakang, datanglah orang dengan membawa tiket bewarna kuning. Tiba-tiba aja para orang yang membawa rombongan tadi muncul dari belakang bangunan sambil membawa tiket.
“Silakan yang rombongan masuk. Ow iya, nanti maksimal 15 orang yang naik ke atas ya.”
“…”
Mendengar hal itu, gue langsung shock. Kampret, kalau caranya seperti ini gue ya gak akan bisa naik ke atas. lHa masing-masing rombongan aja udah 18 orang. Gue cuman berdua doank. Ya jelas kalah. Sial banget, padahal tadi datang lebih awal, eh kalah sama rombongan yang datangnya telat.
Karena gue udah kecewa, gue turun ke bawah dan gak jadi naik ke puncak gereja ayam. Anjrit banget, kalau emang gak niat buka jam 6 ya bilang, jangan bikin PHP orang nunggu. Jujur aja, gue lebih milih uturun karena gue udah sakit hati duluan. Meskipun bagus, tapi kalau udah bikin gak nyaman mending gak aja. Guepun turun dan gue lihat mas-mas guide yang membawa mobil jeep tadi. Gue cuman diem aja dan langsung ke parkiran. Pas mau ngeluarin motor,
“Mas parkirnya mas.” Kata bapak-bapak petugas parkir.
“pinten pak?” kata gue dengan sopan.
“Tiga ribu mas.”
“Saya belum jadi naik. Lha katanya tiket buka jam 6, lha sampe sekarang belum buka. Pas buka, udah keduluan rombongan, padahal datangnya duluan saya.” Kata gue ke pak petugas parkir sambil menyerahkan duit 4000.
“Ini mas, dua ribu aja mas.” Kata pak parkir sambil mengembalikan duit gue.
“…”