Pengalaman Mengikuti Test PAPs UGM


Hello Gengs… what’s up!
Ini adalah tulisan kedua gue di bulan Juni. Pada tulisan kali ini gue akan sedikit berbagi kisah gue.  Yang jelas bukan kisah gue dengan para mantan calon pacar gue, ehm. Hari ini gue akan berbagi pengalaman gue mengikuti test PAPs UGM. Sebenarnya, pengalaman ini terjadi pada awal tahun 2016, tepatnya di bulan Januari. Entah kenapa gue ingin berbagi cerita aja kepada pembaca blog gue ini. Ya setidaknya bisa menampah informasi kalian yang akan mengikuti test PAPs.


Sebelumnya, pasti banyak yang bertanya-tanya.
“Sebenarnya PAPs itu apa sih?”
“Buu Guru… saya mau PAPs…”
“Mah… PAPs udah pulang belum?”
“…”

Salah!!!! PAPs itu buka nama panggilan Papi mami. PAPs itu singkatan dari Potensi Akademik Pasca Sarjana. Bisa dikatakan test TPA atau test Psikologi untuk masuk pascasarjana baik master maupun doktor di UGM. PAPs menjadi syarat wajib admistrasi yang harus dipenuhi dalam mendaftara S2/ S3 di UGM. Biasanya PapS ini diadakan terpisah dengan test tertulis jurusan/prodi. Sebenarnya goal dari test PAPs ini adalah berupa sertifikat PAPs yang akan menjadi syarat wajib mendaftar program pascasarjana UGM. Selain PAPS, juga ada test ACEPT, atau test kemampuan bahasa Inggris UGM. Tapi pada tulisan kali ini gue cuman membahas test PAPs aja.

Pagi itu, gue lagi browsing-browsing di kos. Pagi itu gue enggak pergi ke kampus. Pergi ke kampus juga mau ngapaen. Gue kan baru aja wisuda bulan lalu. Pagi itu seperti bisa gue sibuk download anime dan browsing-browsing daftar kampus yang sesuai dengan keinginan gue. Sebenarnya gue tertarik ingin melanjutkan kuliah S2 di Jepang, tepatnya di Kyushu. Gue sadar, kemapuan bahasa Inggris gue masih di bawah standar, jadi gue mengurungkan niat untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ya mau tidak mau, gue ya harus melanjutkan studi di Indonesia, dan gue ingin kuliah di UGM. Padahal kampus di Indonesia banyak tapi kenapa memilih UGM? Jawabanya simple, karena dekat dengan rumah gue. *dilempar laptop*

Singkat cerita, gue membaca persyaratan masuk S2 UGM. Salah satu syaratnya adalah sertifikat PAPs atau bisa memakai sertifikat TPA yang dikeluarkan oleh Bapenas. Dalam hati, gue cuman bisa mikir, “Berarti test psikolog terpisah dari test masuk ya?”

Gue pun mencari tahu tentang test PAPS. Tapi sayang, di internet minim informasi tentang test PAPS. Cuman ada beberapa orang yang membagikan pengalaman mengikuti test PAPs. Dari situ, gue jadi mempunyai gambaran apa saja yang harus gue lakuin. Salah satu yang kudu gue lakuin ya harus test PAPs dan harus segera mendapatkan sertifikat.  Pembukaan S2 di UGM masih bulan Mei, masih ada lima bulan sebelum pembukaan pendaftarahn S2. 

Menurut pengalaman yang gue baca dari blog, test PAPS diadakan setiap bulan dengan kuota yang terbatas. Jangan sampe telat mendaftar dan jangan sampe daftar mendekati pembukaan S2 karena dipastikan kuota akan overload. Terlebih lagi, kita belum tahu apakah skor PAPS kita udah lolos atau belom sesuai standar minimal UGM.

Menurut artikel yang gue baca, hal yang pertama dilakukan dalam mengikuti test PAPs adalah mendaftar terlebih dahulu. Tapi, sebelum mendaftar kita harus pergi ke BANK BNI untuk membayar biaya test PAPs, mendaftar, mengikuti test, dan mengambil sertifikat.

Setelah mendapatkan gambaran singkat tentang PAPS, pagi hari itu juga gue pergi ke BANK BNI kampus. Yap, gue tidak akan menunda-nunda, ditakutkan kalau sampe skor PAPs gue tidak lulus, kan gue bisa ikut lagi. Sampe di Bank BNI kampus UNS, gue langsung ke teller. Saat ditanya sama mbak-mbak teller mau ngapain, gue cuman bilang, “Mau daftar PAPs UGM”. Seketika si Mbak-mbak Teller langsung tahu.

“Mas…  tanggal lahirnya berapa?” kata mbak-mbak teller sambil memandangi gue.
“….”
“Busyet… mbak-mbak teller satu ini agresif banget. Baru pertama kali ketemu aja udah nanya tanggal lahir gue.  Tapi lumayan cantik juga, gue juga lagi jomblo kok.” Kata gue dalam hati.
“Berapa mas?”
“Dua tiga bla…bla…” kata gue sambil menatap wajah manis si Mbak Teller.
“jadi semuanya 125 ribu ya mas. Boleh saya minta uangnya” Kata si mbak teller.
“Ini mbak.” Kata gue sambil menyerahkan duit.
“…”
Tidak lama kemudian, mbak Teller memberikan struk pembayaran ke gue.
“Ini mas… struknya, dan ini user dan password untuk login. Usernya adalah tanggal lahirmu mas.” Kata mbak teller.
“…”

JDUERRRR

Ternyata eh ternyata dari tadi si mbak teller nanyain tanggal lahir gue bukan karena dia kepo, tapi untuk username pendaftaran gue, kampret.
Setelah membayar, gue pulang ke kos dan segera medaftar test PAPs UGM. Singkat cerita, setelah memasukan username dan password, ternyata untuk pembukaan pendaftaran test PAPs masih dua hari. Gue terlalu bersemangat coy.
***


Hari ini tibalah pembukaan pendaftaran test PAPs UGM. Menurut jadwal, portal akan dibuka pada pukul 10 pagi. Sebelum jam 10, gue udah standby di depan laptop sambil menikmati wi-fi gratis dari kos-kosan depan. 

Jam udah menunjukan pukul 10.00, dan seperti yang tertulis di web, portal pendaftaran juga sudah dibuka. Gue segera login menggunakan username dan passoword dari bank. Selesai login, gue mengisi data dan mengisi jam ujian. Hari itu, ujian Paps diadakan tiga sesi, yaitu pagi, jam setengah 8, kemudian jam 10 pagi, dan yang terakhir pukul 1 siang.  Karena rumah gue lumayan jauh dari Jogja, gue memilih jam 1 siang. Selesai mendaftar, gue log out. Saat gue logout, gue sangat kaget. Padahal portal baru aja dibuka jam 10 tadi, eh sekarang jumlah pendaftar udah mencapai 100 orang. Seperti yang tertulis di blog yang gue baca sebelumnya, pasti bakalan banyak yang daftar.


*Kartu Test PAPs UGM
Singkat cerita, tibalah hari test PAPs UGM. Gue berangkat dari rumah pukul 9 pagi. gue juga belum tahu juga lokasi ujian PaPs di mana, gue ada di ruang berapa, ada cewek cantik yang jomblo apa tidak. Ehm, untuk yang terakhir, abaikan aja. Lokasi ujian Paps berada di gedung ex. Pascasarjana Fakultas Psikologi. Ehm... sebagai orang yang udah 4 tahun hidup di Solo, gue belum tahu fakultas-fakultas di UGM. Gue cuman nanya-nanya adik kelas gue SMA dan teman-teman SMA gue. Menurut web Paps UGM, para peserta dapat memarkirkan kendaraanya di Lembah UGM, tapi kalau kata teman SMA gue, lebih deket parkir di Fakultas Psikologi/ masjid kampus UGM.

Setelah menempuh perjalanan, akhirnya gue sampe di fakultas Psikologi UGM. Gue lupa kalau waktu tempuh rumah gue-Jogja cuman dua jam. Jadi jam masih menunjukan pukul 11 kurang sedikit. Ah bodo banget, gue juga harus mencari ruangan ujian nanti. Gue bertanya pada satpam di Psikologi dan guepun diantar sampe ke lokasi ujian. Wah baik bener kan satpam UGM. BUKANNN!!! Kebetulan aja tempat yang kita tuju sama.

Setelah tahu ruangan test, gue pergi ke masjid kampus sambil menunggu test yang akan diadakan dua jam lagi. Sumpah nyaman banget masjid kampus UGM. Tapi, menurut gue desain dalam masjid tidak berbeda dengan masjid kampus UNS. Sambil menunggu, hal yang gue lakuin, JRENK… JRENKK…, Tidur siang. Hahaha, gue ketiduran di serambi masjid. Mungkin gara-gara kecapean di jalan tadi. Maklum, udah tua. Mungkin wajah bisa menipu, tapi stamina, tidak bisa menipu coy.

Tidak terasa gue udah tidur selama satu jam. Gue bangun dan segera solat karena suara azan udah berkumandang. Yap, ini pertama kalinya gue solat di masjid kampus UGM. Selesai solat, gue mempersiapkan peralatan yang akan gue pake seperti pensil 2B untuk menjawab soal, rautan pensil untuk menajamkan pensil, dan penghapus untuk menghapus kenangan masa lalu, eaa.

Jam satu kurang seperempat, gue pergi menju TKP. Sampe disana, udah banyak peserta lain yang menunggu juga. Kalau gue lihat penampilan mereka tidak seperti mahasiswa yang baru aja lulus. Ya wajar aja, pasti mereka udah lulus S2 atau juga mereka juga udah bekerja dan ingin melajutkan studi lagi.

Singkat cerita, setelah bel berbunyi, gue dan peserta lain masuk ke dalam ruang kelas. Tetapi, sebelumnya gue udah stor dulu di toilet. Jangan sampe pas gue test, tiba-tiba kebelet pipis, kan bisa bahaya. 

Pengawas membagikan soal dan lembar jawab, dan bel tanda mulai mengerjakan berbunyi. Gue mengerjakan dengan cepat dan teliti. Tiap ada soal yang panjang pasti gue lewati, ehm maksud gue tinggalkan karena menghabiskan banyak waktu. Menurut gue test PAPs ini tidak berbeda dengan test Psikologi saat SNMPTN, test beasiswa, dan test masuk STAN. Jadi kemarin gue cuman belajar dari soal TPA yang gue download dari internet. Menurut gue, asoal PAPs lebih simple jika dibandingkan soal ujian masuk STAN.

Bentuk test pilihan ganda, dan materi test ada materi bahasa Indonesia, matematika, test persamaan dan lawan kata seperti test TPA pada umumnya. Tapi, ada bagian yang berbeda dari test PAPS ini. Ada beberapa nomer, sekitar 5-10 yang manyajikan soal yang berbeda dari test TPA umum, yaitu bentuk Hubungan antar Benda. Yap, ini pertama kalinya gue melihat bentuk soal seperti ini. Jadi kita cuman disajikan bentuk lingkaran. Entar kita disuruh memilih hubungan dari 3 kata yang disediakan. Misalnya aja ada kata Buku, Pensil, Meja. Maka hubungan ketiganya adalah? Pada pilihan ganda akan diberikan plihan lingkaran-lingkaran entah itu berpotongan, bersinggungan, dsb.


*Contoh Soal Hubungan

Ya buat gue ini merupakan test yang baru. Waktu juga terus berputar, dengan modal ngawur secara logika, gue mengisi jawaban soal lingkaran-lingakran tadi di LJK. Entah benar atau salah, yang penting gue kerjakan. Soalnya penilaian test PAPS ini jika salah tidak ada pengurangan nilai. Jadi gue isi aja, jangan sampe kosong.

Tanpa terasa dua jam udah berlalu dan waktu mengerjakan udah habis. Alhamdulilah semua soal udah gue isi semua tanpa ada jawaban kosong. Ya meskipun ada beberapa jawaban yang gue isi ngawur, toh siapa tahu kalau rejeki gue kan pasti bener. Gue dan peserta lain meninggalkan ruangan dan ulang ke rumah masing-masing. Pengumuman skor PAPs akan diumumkan 2 minggu lagi. 

Singkat cerita, dua minggu setelah test PAPS, tibalah saatnya pengumuman hasil Test. Gue udah tidak sabar dengan skor yang gue dapat. Apakah gue lulus ataukah tidak. Menurut web UGM, batas skor PaPs untuk S2 cuman 500, sedangkan untuk S3 minimal 600.

Gue membuka web PAPs, dan mencari nama gue. Alhamdulilah, gue lolos dengan skor 611. Sungguh skor yang lumayan bagi pemula. Gue juga melihat ternyata para peserta yang mengikuti test PAPs ini rata-rata udah tua semua. Cuman ada beberapa peserta yang muda, termasuk gue.  PAPs udah kelar, tinggal mengambil sertifikat aja. Menurut pengumuman di web, sertifikat dapat diambil di fakultas Psikologi UGM pada jam kerja.


 *Alhamdulilah Lolos
 
PaPs udah kelar, tinggal mempersiapkan test ACEPT aja. Yap… mungkin ini adalah pengalaman gue saat mengikuti test PAPS. Semoga aja bisa membatu kalian yang ingin mengambil test ini. Makasih udah baca tulisan gue. Ehm. Pasti panjang banget kan tulisan gue ini. Jangan khawatir, insyaallah kalau ada waktu akan gue buat VLOG sehingga lebih menarik untuk dilihat daripada dibaca.



 *Sertifikat PAPs UGM*
Makasih udah baca tulisan gue, sampe jumpa di tulisan gue selanjutnya. BYE.
Comments