Kursus Stir (Day 3): Jangan Ragu-Ragu Mas, Iya atau Tidak


Enggak terasa udah hari ketiga belajar mengemudi. Hari ini, (300616), seperti biasa jam setengah sepuluh gue udah sampe di tempat kurus.  Kelas mengemudi dimulai pukul 10 seperti biasa. Gue mencoba mengingat-ingat apa kesalahan gue sebelum-sebelumnya dalam mengemudi. Berharap hari ini enggak terulang lagi seperti kebanyakan liat spion, terlalu sering banting stir saat belok, dan melewatkanmu, eh.

Pukul 10, lebih sedikit, intruktur memberi perintah ke gue agar gue masuk ke mobil. Oke… guepun masuk dan kursus mobil dimulai. Gue langsung disuruh pegang stir. 


“Ayo Mas…” perintah pak pelatih.

Guepun menyalakan mesin dang langsung tancap gas. Rute kali ini berbeda lagi dari rute sebelum-sebelumnya. Rute yang gue ambil hari ini adalah jalan berkelok kelok menuju arah kantor kabupaten Magelang. Pelan-pelan seperti biasa. Gue udah mulai terbiasa dengan kecepatan yang stabil. Kalau kemarin, gue masih terbawa suasana dalam menginjak gas. Kalau kemarin, kecepatan gue bisa diatas 50 km/jam. Oleh karna itu, pelatih gue teriak-teriak menyuruh gue menurunkan kecepatan. ;p

Alhamdulilah, gue udah mulai enggak grogi. Dalam perjalanan, pak intruktur mengajak gue ngobrol biar gue enggak terlalu tegang. Sepertinya beliau tahu kalau gue terlalu konstrasi dengan jalan. So, biar enggak cepat lelah, pak intruktur mengajak ngobrol. 

“Mas… gimana belajar nyetir dengan saya, apakah ada yang berbeda dengan bapak S?” kata pak intruktur.
“Alhamdulilah lebih enak dengan bapak. Kalau dengan bapak satunya, beliau selalu membimbing. Kalau dengan njenengan , saya malah didiemin.” balas gue.

Emang sih, gaya pengajaran intruktur gue kali ini emang beda. Sebelumnya, gue pernah observasi dengan intruktur lainya. Saat dengan intruktur lain, si sopir selalu diberi pengarahan. Terkadang intruktur lebih sering memegang stir. Berbeda dengan intruktur gue ini. Gue langsung disuruh nyetir. Gue Cuma diberi arahan kapan harus oper gigi kapan harus menginjak kopling. Jadi gue disuruh pegang kemudi sepenuhnya. 

Ya sebenarnya metode ini cukup efektif. Gue sebagai anak Pendidikan yang berkutat dengan metode-motode pembelajaran, pasti tau kalau metode ini cukup bagus.  Ya ibaratnya siswa disuruh praktik sendiri dan menemukan masalah  serta kekurangan yang dihadapi. Guru cuman sebagai pembimbing dan fasilitator. 

“Ya seperti itu mas… kalau saya ngajarin, nyuruh ini, entar kalo kam udah enggak keluar dari sini siapa yang ngajarin. Kamu yang nyetir, kamu yang merasakan sendiri, kalau ada masalah entar saya pasti bantu memperbaiki. Coba kalau kamu sama pak S, pasti belom berani nyetir sendiri.” Kata pak intruktur.
“Iya… pak.. saya merasa udah ada peningkatan, alhamdulilah setiap permasalahan udah ketemu solusinya dan saya sudah memperbaikinya.”
“Ya disini kamu tuh nyetir sendirian. Anggep aja saya enggak ada…” tambah pak Intruktur.

Setelah sampe di kantor kabupaten Magelang, gue kembali ke tempat kursus. Jalan yang gue lalui semakin siang semakin ramai. Kendaraan, mobil menghiasi jalan menuju  tempat kursus. Jalan yang enggak terlalu besar, tapi cukup untuk berpapasan 2 mobil, semakin menambah skill mengemudi gue. Tiba-tiba… di depan gue ada mobil angkot yang sering berhenti. Saat gue akan mendahului, tiba-tiba dari arah depan terdapat mobil. Guepun ragu-ragu dan enggak jadi.

“MAS TAMBAH GAS!!!” kata instruktur gue.

Gue enggak jadi mendahului angkot tadi, kampret.

“Mas… nek arep nyalip ki yang mantep. Jangan ragu-ragu. Kalau mau nyalip ya tambah gas, kalau enggak nyalip ya menepi ke kiri jangan ditengah. “ kata pak Intruktur.
“Iya pak… saya ragu-ragu. Tadi takut enggak sampe.” Kata gue.
“Kalau mau nyalip, ya tinggal nyalip. Pasti mobil di depan udah ngasih tempat. Tapi kalau kamu enggak jadi nyalip kan kasian jadi sama-sama saling menunggu. Seperti kamu suka sama cewek, dan si cewek juga ada rasa sama kamu. Si cewek nunggu kamu ngomong, dan kamu cuman ngasih kode, akhirnya ya enggak ketemu.” Kata pak intruktur.

JLEBB

Emang intruktur gue ini agak unik dan nyeleneh. Selalu memberikan analogi-analogi yang selalu bikin gue ngakak tapi selalu masuk akal sih.

“Yang penting mantep mas… kalau kamu mantep ada rasa sama dia ya segera ngomong, kalau enggak  mantep ya mundur aja  mas. Jangan menyakiti hatimu sendiri Mas.” Kata intruktur gue sambil membetulkan kopiah.
Jleb JLEB
“Siap pak… saya enggak akan ragu ragu lagi.” Balas gue.
“Kalau kamu sendiri aja ragu-ragu gimana dengan yang ada didepan kamu.” Kata pak intruktur.

Tanpa terasa sejam udah terlewati dan gue udah sampe di tempat kursus lagi. Banyak sekali pelajaran yang gue dapet hari ini. Kekurangan yang perlu diperbaiki hari ini adalah jangan ragu-ragu. Kalau mau mendahului ya tambah gas, kalau enggak mantep ya geser ke kiri.

Ya mungkin ini cerita gue hari ini. Tunggu cerita gue selanjutnya.
Comments