Para Motivator Untuk Para Skripshit Fighter

“Cah bagus… skripsimu tekan endi?”
“Nuuk kamu kapan sidang?”
“Nuuk… kapan kamu bayar tunggakan uang kos?”
“…”
Pertanyaan pertanyaan yang enggak asing bagi anak kos dan untuk mahasiswa tingkat akhir. Setiap bertemu dengan orang yang udah lama enggak ketemu pasti selalu ditanyain kapan lulus. Ya sebenarnya wajar sih, mending ditanyain kapan lulus daripada ditanyain “udah ada pendamping wisuda apa belom”. Itu lebih nista lagi dan enggak berperikemahasiswaan deh.


Kalau gue amati dan gue alami, semakin tinggi semester mahasiswa maka akan berbanding terbalik dengan semangat mahasiswa. Kalau awal kuliah, semangat datang ke kampus menggebu gebu benget. Seperti orang  yang lagi PDKT sama gebetan, pasti ingin selalu bertemu dan melihat wajah si gebetan setiap detik. Gue jadi inget jaman awal-awal masuk kuliah. Datang ke kampus pagi-pagi, jingkrak-jingkrak kegirangan sambil menyanyikan lagu Ayo Sekolah-nya Tasya. Tapi, seiring berjalannya waktu, tugas kuliah semakin berat. Jam tidur berkurang, 3 laporan praktikum yang harus ditulis tangan dan enggak boleh diketik membuat perkuliahan menjadi medan perang, panas banget. Semakin tinggi semester, semangat untuk datang ke kampus juga semakin menurun. Banyak banget perubahan yang terjadi dalam diri gue. Dari penampilan fisik, maupun mental pun berubah drastis. Nih ada beberapa foto perubahan gue. Ada foto jaman semester awal dan foto saat menjadi Mapala.
 * Wajah awal kuliah dan saat Skripsi

Puncak dari penurunan semangat mahasiswa adalah saat mereka harus bergelut dengan tugas akhir yang biasa disebut Skripsi. Judul yang selalu ditolak dosen, konsultasi yang selalu  ditolak, dan makalah yang enggak kunjung ACC membuat mahasiswa patah hati. Bahkan enggak sedikit dari mereka yang lebih memilih enggak ngampus lagi.


Gue masih inget,  gue butuh waktu sebulan biar dosen acc dengan judul skripsi gue. Padahal temen-temen gue enggak butuh waktu selama itu untuk ACC judul. Bahkan temen-temen gue hanya butuh waktu beberapa bulan untuk seminar proposal (semprop). Tapi berbeda dengan gue, gue membutuhkan waktu 4 bulan untuk seminar proposal. Gimana rasanya? Ingin menyerah? Ingin putus sama pacar? (*owh iya gue kan jomblo), Ingin ganti pembimbing? Enggak semudah itu, apalagi pembimbing gue adalah orang penting di jurusan. Tapi, gue inget keluarga gue yang ada di rumah, gue inget temen-temen yang selalu suport gue. Akhirnya gue bisa bangkit lagi dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.

Ya motivasi-motivasi dan suport emang penting banget untuk menyelesaikan skripsi. Ada yang bilang bahwa motivator yang sebenarnya adalah diri sendiri. Tapi menurut gue, kalo cuman diri sendiri, ya tetep enggak bisa. Gue sebagai makhluk Jomblo Sosialis perlu bantuan dan motivasi dari orang lain biar bisa bangkit.

Pada postingan kali ini, gue akan membahas motivator-motivator bisa memberikan motivasi kepada skripshit Fighter.

1.   Orang Tua

Kalo menurut gue, orang tua  adalah motivasi kita untuk menyelesaikan skripsi. Orang tua mana sih yang enggak senang melihat anaknya wisuda, orang tua mana yang enggak bangga bisa foto sama anak yang memakai toga. Ada yang bilang bahwa Ridho orang tuan adalah ridho Tuhan. Kalo kita bisa bikn orangtua tua senang, insyaallah hidup kita bahagia dan damai. So, tiap gue capek, malas, dan jenuh dengan skripsi, gue selalu inget perjuangan orang tua untuk menyekolahkan anaknya.  Lelahnya mahasiswa karena skripsi enggak sebanding dengan lelahnya orang tuan buat bayar uang kuliah kita. So, lebih cepet selesai skripsi, akan membantu meringankan beban orang tua Coy.

2.   Dosen Pembimbing

Ibarat dua sisi mata uang, dosen pembimbing yang sulit dan galak bisa jadi penurun semangat mahasiswa dan juga bisa menjadi penyemangat mahasiswa mengerjakan skripsi. Jika dapet pembimbing yang galak, sulit, bahkan selalu senang dengan revisi bisa dijadikan sebagai motivator.
Kalian harus berfikir , “gue harus segera lulus” iya, semakin skripsi cepet selesai, maka semakin cepet pula kalian lolos dari tekanan batin. Tapi beda cerita lagi kalo dosennya seperti yang ada di FTV-FTV sesat. Kalo dosennya seperti Tyas Mirasih, Kimberly Rider pasti mahasiswa bakal betah berlama-lama mengerjakan skripsi meskipun rajin konsultasi.
*Lain ceritanya kalo dosennya kayak gini
(Pic. Source: wowkeren.com)


3.   Temen Seangkatan

“Le… kancamu SMA kae wis wisuda lho?”
“Temenmu SMP udah S2 lho..”
Kadang nyokap selalu mengingatkan gue kalo temen-temen gue udah pada wisuda. Meskipun di jurusan gue cuman beberapa orang yang udah lulus dan belom wisuda. Soalnya di jurusan gue untuk lulus 4 tahun itu masih dianggep hal yang sulit. Cuman orang-orang yang mendapat pembimbing “enak” yang bisa lulus tepat waktu.
Tapi… ada benernya juga sih. Kalo ingin berpretasi, coba lihatlah ke atas. Kalo ingin maju, coba lihatlah ke depan. Temen-temen  udah pada wisuda. Bahkan temen-temen KKN gue udah pada wisuda satupersatu. Hanya tinggal gue dan beberapa temen aja sih.

Kalo gue, melihat temen-temen gue yang wisuda semakin membuat semangat konsultasi semakin menggebu-gebu. Rasanya ingin segera menyelesaikan skripsi dan segera sidang secepatnya, iya secepat kamu jadian sama orang lain, eaa.


4.   GEBETAN

Kali ini bukan pacar yang menjadi motivasi mengerjakan skripsi, tapi calon pacar, eaa. Gue menganalogikan mengerjakan skripsi itu seperti lagi PDKT sama cewek yang kita suka. Bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan hatinya. Segala usaha keras dan konyol dilakukan agar bisa membuat gebetan kita tersenyum. Karena senyuman gebetan memberikan spirit sendiri bagi kita, eaa.

Gue sendiri adalah penganut teori ini (*teori sesat dari mana ini). Gebetan gue selalu jadi motivasi gue mengerjakan skripsi. Gebetan yang selangkah di depan kita, membuat kita harus berusaha mengejar dia. Apalagi kalo gebetan kita memberikan motivasi sendiri kepada kita untuk segera sidang pasti semangat semakin membara, meskipun perasaan kita enggak sampe ke gebetan kita, sakiit.

5.   Ibu Kos

Motivator terkahir adalah ibu kos. Bagi mahasiswa yang ngekos, ibu kos bisa dijadikan motivasi tersendiri. Semakin lama kalian menunda skripsi, semakin lama pula kalian ngekos dan kudu bayar uang kos. Di daerah gue sendiri, kebanyakan kos-kosan harus bayar tahunan, jarang ada kos bulanan. Meskipun ada kos bulanan tapi enggak sebagus dan senyaman kos sebelumnya. Gue sendiri aja udah 4 tahun  tinggal dikosan gue. Dari pertama kuliah sampe jadi MABA (Mahasiswa Basi) lagi, tetep enggak pindah kos. Gue udah merasa nyaman aja. Meskipun mau pindah, gue males. Perabotan gue dikosan banyak banget.

Ibu kos juga pasti bosen melihat tampang mahasiswa basi. Pasti ingin ada pergantian anak kos. Di kosan gue sendiri aja tarif kos mahasiswa lama  dari awal kuliah masih sama dan harganya masih dibawah 3 juta. Tapi berbeda dengan anak baru. Tarif baru udah berlaku bagi mereka. Dikosan gue aja untuk angkatan dibawah gue udah di atas 3 jutaan. Jadi kalo mahasiswa lama digantikan  dengan mahasiswa baru akan memberikan keuntungan . Jadi kalo semakin kalian menuda skripsi berarti siap-siap diinjek dan diusir ibu kos. Hahaha


Ya gue kira cukup ini aja dulu postingan gue di malam jumat. Semoga  bulan ini gue segera sidang dan segera lulus. Makasih udah mau baca tulisan gue ini.  Gue mengajak para pejuang skripsi untuk tetep istiqomah dalam mengerjakan skripsi. Saat kalian mau menyerah, coba deh lihatlah udah seberapa jauh kalian melangkah. Udah berapa tahun yang udah kalian habiskan untuk di kampus. So, jangan menyerah hanya karena sandungan kecil skripsi.
Comments