Udara
dingin samar-samar menyelimuti pagi. Suara nyanyian burung peliharaan kos depan
menambah keramaian Selasa pagi ini. Enggak seperti biasanya, pagi hari ini gue
lagi ingin lari-lari. Buka lari dari kenyatan atau lari dari bayang-bayang
gebetan, tapi emang bener-bener lagi ingin lari pagi di kampus. Udah lama banget
semenjak kedatangan gue di kos, gue belom pernah joging. Biasanya sebelum bulan
puasa, gue selalu lari-lari pagi, meskipun gue lebih banyak jalan kaki
ketimbang lari.
Pagi
ini seperti biasa gue jogging sendirian. Kos masih sepi karena perkuliahan
masih bulan September. Padahal biasanya gue juga selalu sendiri, maklum aja, gue
udah terlalu lama sendiri, eaa. *lagu KuntoAji mangalun dari kejauhan* Semua
barang-barang seperti hape dan jam tangan kesayangan gue tinggal di kos. Singkat cerita, setelah gue
kembali dari lari-lari pagi, tiba-tiba aja notifikasi hp menyala. Entah siapa
yang udah mengirimkan sebuah pesan ke hape gue ini. Biasanya sih cuman
operator-operator nista yang manawarkan promo pulsa dan lain-lainnya. Gue sih
berharap ada cewek yang mengirimkan ucapan “selamat pagi”, meskipun itu cuman
salah pencet atau salah kirim.
Cepat-cepat
gue membuka pesan masuk di hape. Gue sangat penasaran, siapa sih yang udah sms
pagi-pagi gini. Setelah membaca sms yang masuk, ternyata dari salah satu temen
KKN gue. Gue masih enggak percaya dengan SMS yang barusan gue baca ini. Setelah
membaca 2-3 kali gue baru sadar dan bener-bener baru percaya. Ternyata smsnya
seperti ini.
Setelah
membaca sms dari barusan, gue segera mandi. Mau membalas SMS tapi sayang masa
aktif nomer gue habis dari kemarin. Mau menghubungi lewa line, kuota gue juga
habis, varokah banget idup le bro. Ya
udah deh gue buru-buru mandi dan pergi ke kampus. Jam udah menunjukan angkat 7
dan Hari ini gue berencana menemui dosen.
Gue
masih belom percaya kalo bapak pemilik posko KKN udah meninggal. Padahal gue
dan anak-anak kkn udah berencana bermain ketempat beliau. Tapi karena kesibukan
masing-masing menjadikan agenda bermain ke rumah beliau masih wacana. Bahkan
kemarin Sabtu, gue dan anak-anak lain berencana mengunjungi beliau,tapi kadang
ekspetasi enggak selalu sama dengan realita. Akhirnya, agenda main bareng ke
posko KKN pun dipending lagi.
Setelah
selesai mandi, gue berangkat ke kampus menemui “ibu negara”. Menurut temen gue,
upacara pemakaman akan selesai jam 1 siang, jadi gue dan temen-temen KKN
berencana berangkat jam 11 dari Solo. Masih ada waktu untuk konsultasi skripsi.
Sampe kampus juga belum ada orang, cuman gue seorang. Dosen-dosen juga belum pada datang, kecuali
pembimbing pertama gue. Tapi sayang, hari ini gue enggak mencari pembimbing
pertama melainkan pembimbing kedua.
Sambil
menunggu pembimbing datang, gue mainan hape, siapa tau besuk tiba-tiba gue udah
wisuda *digampar dosen*. Jam baru menunjukan setengah 9, tapi dosen masih belum
menampakan batang hidungnya. Ya udah, sabar aja, biasanaya gue juga seperti
ini. Datang ke kampus jam 7, dosen datang jam 10, kemudian gue masuk bimbingan
skripsi jam 3 sore, hebat kan. Sama dosen aja bisa sabar, apalagi sama kamu.
Saat
asik bermain hape, tiba-tiba hape berbunyi. Seseorang menelpon pastinya, ternyata
dari salah satu temen KKN gue. Gue buru-buru mengangkat telpon. Temen gue
bilang, kalo kita berangkat melayat jam 10an aja. Soalnya enggak enak kalo
berangkat jam 11, disana nanti cuman sebentar aja. Gue buru-buru kembali ke
kos. Acara menemui “ibu negara” terpaksa gue pending sampe besuk pagi. Lagian,
mungkin skripsi gue belom dikoreksi sama “Ibu Negara”.
Singkat
cerita, jam 10 pagi gue berangkat menemui temen-temen KKN gue. Kami udah
janjian ketemu di Jalan Slamet Riyadi jam 10 pagi, dan jam 10 gue baru
berangkat, tepat waktu sekali kan. Sampe di Slamet Riyadi, kedua cewek KKN udah
menanti. Hari ini sepertinya cuman berlima aja yang bisa takziah ke lokasi KKN.
Kami bertiga berangkat ke lokasi KKN, sedangkan 2 temen cowok KKN gue akan
segera menyusul nanti.
Sejam
kemudian, kami bertiga sampe di lokasi KKN. Bendera bewarna merah terpasang di
sudut gapura masuk ke lokasi KKN. Bendera merah yang melambai-lambai karena
tiupan angin, menambah kesan kalau di
sini memang ada orang yang meninggal. Padahal sepanjang perjalanan, gue udah
melihat bendera merah sebanyak 2 kali di jalan, dan gue juga melihat banyak
bendera merah di depan posko partai politik.
Sampai
di posko KKN kami dulu, puluhan orang telah menyambut kedatangan kami. Suara
lantunan ayat suci dari mp3 terdengar dengan jelas mengalahkan panasnya siang
hari ini. Kami bertiga segera menyalami orang-orang yang ada. Enggak lupa kami
juga menyalami ibuk pemilik posko serta anak pemilik posko KKN. Suasana duka
terlihat jelas, kondisi ibuk pemilik posko KKN
yang lemas dan berlinang air mata menggambarkan kalau beliau telah
kehilangan belahan jiwa yang selalu menemaninya. Bahkan saat pertama bertemu
kami, kami diciumi oleh si ibuk sambil menangis. Jenazah bapak pemilik posko
yang sudah kaku di atas tempat tidur bertutup kain batik di dalam rumah membuat
gue merasa ikut sedih. Padahal gue udah berencana lebaran di tempat beliau tapi
malah beliau udah enggak ada.
Karena
enggak kuat, gue pergi keluar bergabung dengan para pelayat lain. Gue juga
bertemu pemuda karang taruna di sana. Untuk mencairkan suasana, gue diajak ngobrol
sante oleh para pemuda.
Enggak
lama kemudian, 2 temen cowok KKN datang. Mereka berdua langsung bertemu ibu
untuk mengucapkan bela sungkawa. Acara pemakaman akan segera dimulai. Waktu
juga telah menunjukan angka 12.30, jam 1 jenazah harus segera dikebumikan. Kami
berlima menunggui upacara pelepasan jenasah.
Singkat
cerita, upacara pelepasan selesai, dan jenazah diantar ke peristirahatan
terakhir yang enggak jauh dari posko kami, tepatnya di belakang posko KKN gue
dulu. Kalo kalian belum tau, bisa baca ini. Gue dan kedua temen laki-laki ikut
mengantarkan ke pemakaman. Sedangkan cewek-cewek tetap di rumah bekas posko
kami dulu. Setelah pemakaman selesai, kami bertiga kembali ke rumah bekas posko
kami. Sampai di teras rumah, tiba-tiba cewek-cewek memanggil kami bertiga.
“Kalian…
sini… duduk dulu.” Kata salah satu cewek.
“Ada
apa emang?” kata gue penasaran.
“Tadi
kata si ibuk, sebelum lebaran si bapak pernah bilang.” Kata temen cewek.
“Bilang
apa emang?” gue semakin penasaran.
“
Bilang kalau setelah lebaran, pasti anak-anakku akan berkumpul semua.”
“…”
Suasana
menjadi hening. Antara shock, sedih, dan panas bercampur menjadi satu setelah
mendengar kata-kata barusan. Sepertinya firasat yang beliau rasakan adalah
pertanda, dan hari ini telah menjadi nyata. Semua anak-anak beliau berkumpul
bersama termasuk kami para anak-anak KKN. Gue dan anak-anak KKN lainnya udah
dianggap anak sendiri oleh beliau. Meskipun gue dan anak-anak KKN cuman
beberapa bulan, tapi mereka udah menganggap kami seperti anak. Bahkan setiap
kami mampir ke warung si Ibuk, pasti dengan bangga bilang, “Wah anak-anaku pada
datang.” Setiap kami mampir ke warung Ibuk, pasti kami selalu makan seperti
biasa. Iya, udah dianggap seperti rumah sendiri.
Gue
juga merasakan beberapa minggu ini rasanya ingin banget pergi ke posko KKN
sekedar mengucapkan selamat lebaran. Rencana untuk pergi udah kami agendakan
jauh-jauh hari. “Setelah lebaran kita main ke rumah KKN”. Tapi, karena jadwal
kami yang sibuk, jadinya sulit untuk memilih hari yang pas. Minggu lalu kami memang berencana sowan ke tempat beliau, bahkan Sabtu
kemarin juga udah diagendakan, tapi batal. Tapi hari ini, gue bener-bener balik
dan sowan kepada beliau, ibuk pemillik posko KKN. Hanya berselang 2 hari, tapi
kondisinya udah berbeda.
Selamat
jalan, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Tuhan. Meskipun beliau bukan
saudara kandung gue, tapi beliau adaah bagian dari kisah kebangkitan gue tahun
lalu. Beliau juga bagian dari cerita yang membuat gue bisa “move on” dan
memulai kehidupan baru. Semoga tenang…
gue dan temen-temen KKN merasa kehilangan banget.