Keep Calm and Positif Thinking about Skripshit


“Kenapa gue dapet pembimbing yang sulit ditemui?”
“Kenapa judul gue belum di ACC!”
“Kanapa Raisaa cantik banget!”
“…”

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, skripsi adalah momok yang paling ditakuti mahasiswa. Iya, di titik ini mahasiswa harus berjuang sendirian menyelesaikan tugas kuliah demi mendapatkan gelar Sarjana. Pasti enggak sedikit mahasiswa yang galau gara-gara skripsi. Kalo semester awal masih galau gara-gara pacar, kalo udah semester atas galau skripsi.


Pasti banyak banget kegalauan dan kegelisahan mahasiswa akhir tentang skripsi. Galau belum dapat judul, galau karena dapet dosen pembimbing yang killer, galau gara-gara di PHP gebetan, dan galau gara-gara masih Tuna asmara.*abaikan yang terakhir.

Beberapa minggu terakhir ini gue juga mengalami sindrom Skripsi. Gue mulai galau. Gue galau bukan karena gue jomblo, tapi galau gara-gara enggak punya pacar, Tsah. Gue galau karena gue dapet dosen pembimbing I dan II yang super sibuk. Iya, gue kedapetan kepala prgram studi dan sekretaris Program studi. Ibarat negara, Negara Tuna Asmara maksudnya, gue dapet Presiden dan wakil presiden sebagai pembimbing. Super sekali. Entah dosa apa yang udah gue lakuin sampe dapat pembimbing yang super sibuk. Bahkan Dosen senior di kampus cuman bisa diem seribu bahasa.

“Nu… pembimbingmu siapa aja?”
“Dapet Pak sekretaris dan bu kepala pak.”
“Owh.. hebat noh, besuk sekelian aku yang jadi pengujinya.”
“…”
*enggak lama kemudian gue keluar dari ruang dosen dan nangis dipangkuan ibu kos.

Tapi, dibalik itu semua pasti ada hikmah yang bisa diambil. Tugas kita yang harus mencari hikmah itu. Bisa aja Tuhan mengatur gue dapet pembimbing yang keren. Siapa tau pas gue udah lulus master, tiba-tiba bisa jadi dosen berkat bantuan mereka berdua. Tetep positif thinking aja.

Selain galau pembimbing, kemarin juga sempet galau karena judul belum di ACC. Padahal temen-temen gue udah pada sampe bab III, bahkan ada yang udah semprop. Tiap kali ngajuin judul, pasti selalu ditanyain,

“Kenapa pake metode ini?”
“Mana bukti yang mendasari latar belakangmu!”
“Kenapa kamu masih Jomblo Nu?”
“…”

Dan judul gue lagi-lagi belum di ACC sampe gue menemukan jawaban pertanyaan dosen. Sempat frustasi dan ingin ganti judul yang kreatif dan inovatif dalam bidang pendidikan seperti ini:
 *Skripsi perlu judul yang inovatif

Selain itu gue masih punya stok judul skripsi yang inovatif seperti ini:
  • ·       Pengaruh Harga Gorengan terhadap Masa depan KPK
  • ·       Studi Tentang Pengaruh Orang yang Gagal Move On Terhadap kreativitas    siswa.
  • ·       Studi komparasi orang yang patah hati dengan Tuna-asamara ditinjau dari lamanYa Move On. 
Tapi, gue sadar, pasti bakal ditolak. Judul yang inovatif aja belum di-ACC, gimana judul yang super inovatif? Oke, gue tetep konsisten  dengan judul pertama. Gue ini tipe cowok yang konsisten. Sama judul skripsi aja konsisten, gimana sama Hati, tsah.

Akhirnya setelah mengumpulkan bukti-bukti pendukung, gue terus menemui dosen pembimbing pertama. Gue belum bisa konsultasi sama pembimbing kedua jika judul belum di ACC sama pembimbing pertama. Menunggu dan menunggu terus gue jalani demi mendapatkan ACC dari Dosbim. Kadang jam  7 pagi udah stay di ruang dosen, dan ruangan masih terkunci. Dosbim baru datang setelah jam 9. Ya seperti ini romansa skripsi.

Setelah dua tiga kali ketemu, akhirnya dosbim pertama mau ACC dengan terpaksa. Sepertinya beliau kasian ngeliat gue deh. Tapi, gue tetep positif thinking aja. Setia kejadian pasti ada hikmahnya. Mungkin dengan dosen meminta ini itu, memberi pertanyaan yang mematikan  biar gue enggak kaget saat ujian semprop, maupun pendadaran. Sebenarnya niat dosen itu baik. Dosen udah melakukan yang terbaik buat kita. Kadang mata hati kita tertutup sama emosi, jadi enggak bisa melihat hikmah yang terjadi.

Semangat Skripsi gaes. Meski judul udah di ACC, tetep bersyukur banget. padahal temen-temen gue udah sampe bab III. Santai saja, do the best aja, semua akan wisuda pada waktunya. Butuh perjuangan biar skripsi cepet kelar. Skripsi dan kamu itu hampir sama lho, iya sama-sama kudu diperjuangkan demi Happy Ending. Tapi, saat ini gue harus berjuang menakhlukan hati skripsi dulu, baru hati mu, Eaa. Skripsi aja diperjuangin, apalagi hati kamu. #Tsah. Owh iya, gue lupa kalo gue Tuna-asmara.  Jadi saat ini berjuang mendapatkan hati skripsi aja dulu deh. *nangis di pojok kamar*
Comments