La Tahzan: Jangan Bersedih




Tepat pertengahan di bulan Mei. Entah kenapa akhir-akhir ini gue jadi lebih sering nulis dan berbagi. Ya mungkin karena risalah hati, dan gejolak hati yang menginginkan gue untuk nulis (gejolak hati gundhulmu!). 

Ya enggak juga. Beberapa hari ini gue lebih banyak membaca buku-buku hiburan. Hiburan buat hati yang luka (*lagune istrine Farhat Abbas). Ya buat menghibur diri dan mengisi waktu kosong biar pikiran enggak melayang kemana-mana. Meski tugas akhir, seminar kimia juga  udah dikejar-kejar dosen pembimbing. “Kok gak pernah keliatan? Sampe mana seminar penelitianmu?”, “Sampe tengah jalan pak, jalan tak berujung.” Hahahah.


Kemarin, nemu buku yang menurut gue unik di kamar temen gue. Buku yang lumayan tebal, dilihat dari judulnya rasanya enggak asing. Gue jadi teringat judul film yanng ngambil scene di Tokyo dengan soundtrak lagu-lagunya Uje. Yap.. tepat sekali, “LA Tahzan” jangan bersedih. Jadi teringat beberapa waktu sebelumnya juga pernah nemu buku yang sama tapi dengan cover yang berbeda. Cover pink, yang lumayan membuat mata ingin membaca. Pas mau membuka tuh buku, salah satu temen gue malah marah, enggak boleh! Usut punya usut, ternyata yang bewarna pink hanya untuk cewek guys. Pantes aja, cowok enggak boleh baca.

Tapi di kamar temen kos gue, tampilan bukunya beda. Buku yang dulunya warna pink, kok sekarang udah terbit warna orange. Jangan-jangan besuk terbit warna-warna yang lain? Dari judulnya aja udah ketahuan, “Jangan Bersedih”. Wah kayaknya cocok banget deh buat hiburan gue yang tiap hari menggalau.
 Ada beberapa hal yang manarik setelah gue baca buku ini. Buku karangan Dr Aidh Al-Qarni yang menjadi best seller di dunia. 

Yang Lalu Biar Berlalu
Masih teringat jelas kegagalan gue abroad ke luar beberapa  bulan yang lalu. Kecewa, sedih, hampir putus asa itu pasti. Sponsor udah ada, syarat-syarat juga ada, dari fakultas udah sip membantu nyari tambahan. Tinggal tiket pesawat yang jadi pertimbangan beberapa waktu lalu. Akhirnya harus gagal berangkat. #AkuRapopo

Sempet vakum buat nulis, vakum ikut kegiatan conference lagi. Tapi… mengingat masa lalu kemudian bersedih atas kegagalan di masa lalu itu hal konyol. Truk gandeng aja bisa jalan sendiri setelah ditinggal gandenganya. Iya, karena udah punya gandengan baru. Tapi semua kegagalan masa lalu kan dilipat dan disimpan dalam ruang gelap, diikat dengan tali, tali kolor dalam penjara “Masa bodoh.” Emang bener. Setelah gue baca-baca buku warna orange ini,emang ada benernya juga.


“Kesedihan enggak akan ngembaliin dia lagi. Keresahan enggak akan sanggup memperbaiki kembali, kegundahan tak akan merubahnya menajdi terang, dan KEGALAUAN enggak akan menghidupkannya lagi, karena memang ia sudah enggak ada.”


Move on dari kesedihan dan kegagalan masa lalu. Enggak mungkin kita bisa mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempat terbit, bayi ke dalam perut ibunya dan air mata kedalam kelopaknya kan. So, save from bayangan masa lalu. 


Ada quote yang menarik nih,” Orang yang berusaha balik ke masa lalu itu enggak ada bedanya sama orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji kayu.”


So… orang yang berfikir jernih itu enggak akan pernah melihat kebelakang, bahkan menoleh. Angin akan selalu berhenbus ke depan, air mengalir ke depan, sesuatu yang bergerak pasti masj ke depan.

Biarlah Masa Depan datang Sendiri
Jangan mendahului yang sesuatu yang belum terjadi. Masih teringat jelas kegagalan abroad ke luar negeri beberapa waktu lalu. Permasalahan ada pada tiket pesewat. Gue dan temen gue terlalu banyak mikir. Terlalu banyak mempertimbangkan. 

Nanti kalo pake pesawat ini entar gimana/?”
“Pesawatnya kan landingnya jauh dari lokasi tujuan,  untuk sampe lokasi harus naik bis 5 jam itu aaja yang paling murah?”
“Entar kal di sana ketemu artis JAV gue harus gimana?”..

Dan Bla..bla.. akhirnya gagal berangkat gara-gara kebanyakan mikir. Memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Gue terlalu takut dengan masa depan. Padahal waktu itu ada tiket promo yang harganya gak sampe 3,5 juta. Setelah beberapa minggu kemudian, temen kos gue bilang kalo temennya habis pulang dari negara yang akan gue tuju. Dan PP ke negara itu gak sampe 5 juta. Setelah gue introgasi, usut punya usut kalo temen dari temen kos gue ini pake tiket promo yang hampir gue beli. Kecewa? Ya itu udah masa lalu. 

Hari esok itu adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, enggak punya warna dan rasa. Mengapa harus menibukan diri hari esok, mencemaskan kesialan yang mungkin akan terjadi, memikirkan kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana yang akan terjadi.Kita enggak tahu apakah besuk kita akan berwujud kesenangan atau dalam kesedihan.

Hari esuk masih ada di alam gaib. Enggak pantas kalo kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampe di atas jembatan. Enggak ada yang bakal tahu apa yang akan terjadi. Siapa yang tahu kalo kita bisa sampe atau enggak pada jembatan itu. Bisa jadi kita berhenti di jalan sebelum sampe gara-gara ketemu mantan, eh. Atau bisa aja jembatan itu hancur dan terbawa arus sebelum kita sampe ke lokalisasi, eh maksud gue lokasi. Ataukah kita akan sampe di jembatan dan kemudian menyeberang.

Membuka khayalan, berangan anagn tentang masa depan, membuka yang gaib kemudian terhanyut dalam kegalauan yang baru diduga itu enggak dibenarkan. Bayak orang-orang yang termakan oleh bayang-bayang mereka sendiri. Ibarat orang sakit, yang dipikirkan apakah bisa sembuh? Kalo aku enggak sembuh gimana? Kalo aku hidup bareng dia entar hidupku menderita. Kriteria harus kaya gini, biar gini gitu, endingnya  kita hanya akan dikejar ketakutan yang belum tentu terjadi. Semua itu bagian kurikulum yang diajarkan sekolah Setan (Dr Aidh Al-Qarni).


“Setan menjanjikan (menakuti) kamu dengan kemiskinan, dan menyuruh berbuat kejahatan, sedang Allah menjannikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia” (QS. Albaqarah:268)


Biarlah hari esuk datang dengan sendiri, jangan pernah menanyakan kabarnya, dan enggak usah menanti petakanya. (Source: La Tahzan, Dr Aidh Al-Qarni)

So, lakuin yang terbaik aja hari ini. Nikmati aja hari ini. Hadapi semua hari ini. Terlalu lama bersedih juga enggak berguna. Bangkit dan move on. Hari ini terlalu sia-sia jika harus meratapi kegagalan masa lalu. Dan terlalu sayang jika digunakan untuk berkhayal tentang masa depan sehingga kita termakan oleh bayang-bayang. Yang jelas, Do the best for today. Apapun yang terjadi di masa depan adalah hasil panen dari perbuatan kita hari ini. Jangan bersedih, masih ada orang-orang disekitar kita yang takingin melihat kesedihan kita. Kalo bisa tersenyum kenapa harus menangis? Kalo bisa tertawa kenapa harus menangis?

Comments