Kado Terindah [part 1]



Hahah, ohayou.. semangat pagi. Udah lama banget gue enggak bikin cersat, cerpen sesat. Ya karena besuk bertepatan dengan hari kelahiran gue, gue mau kasih sesuatu yang beda buat para pembaca blog gue. Gue iseng-iseng bikin cerpen bersambung. Hahaha, ini hanya fiktif belaka, jika terdapat kesamaan nama, tokoh, dan kejadian itu cuman perasaan pembaca aja. So, enjoy It..

Kado Terindah [part 1]
Kurebahkan badanku di atas tempat tidur yang bewarna merah muda. Nikmat sekali rasanya setelah seharian bergelut dengan perkuliahan hukum waris. Rasanya aku lebih betah di kamar ini daripada harus pergi ke kampus. Boneka-boneka warna warni selalu menemaniku di kamar merah muda ini. Ada beberapa boneka pemberian orang yang pernah suka denganku  dulu. Boneka dengan papan nama pemberian pacarku SMA pun tidak lupa kuletakan di dekat tempat tidurku.


Langit semakin gelap, lampu di luar kamarpun mulai menyala. Meski gelap, bulan purnama mulai menampakan diri. Padahal ini masih tanggal 14 di bulan Hijriah. Ruang tamu tampaknya ramai. Pasti mbak kos sedang nonton TV bersama.

[Tut..tut..]

Tiba-tiba HP kuningku berbunyi. Hatiku berdebar-debar. Jangan-jangan SMS dari Dodhi,  pacarku sejak SMA. Sudah empat tahun aku menjalin hubungan dengan dia. Meski kami menjalin hubungan sejak SMA, tapi kami merasa hubungan kami terpisah ruang dan waktu. Aku berada di Jakarta dan Dodhi berada di Bandung. Bertemu hanya setiap liburan semester. Tapi aku  menikmati kisah cinta LDR ini.

From: Ryan
Received: 07.00PM
[Lagi apa Eba? Q sedih bgt. Jgn tinggalin aku…]

Ternyata SMS dari Ryan. Sudah tiga minggu aku berhubungan dengan Ryan. Ryan adalah orang yang aku sukai sejak SMP. Tapi, aku tidak berani menyatakan perasaanku. Karena seorang cowok harus menyatakan perasaannya terlebih dulu. Aku tidak mau dicap sebagai orang yang agresif, dan akhirnya di SMA aku berpacaran dengan Dodhi sampe kuliah saat ini.

Entah kenapa dua minggu ini Ryan mendekatiku. Padahal dia sudah tahu kalau aku dekat dengan Dodhi, teman bermainya dulu.  Berawal dari dia minta nomer hpku. Sebagai teman SMP dan orang yang pernah aku sukai dulu, aku memberikan nomerku ke dia tanpa sepengetahuan Dodhi. Tapi aku tidak mau Dodhi sakit hati. Akupun berterus terang kalau Ryan meminta nomer dan dia terang-terangan mulai mendekatiku.  Setiap Ryan SMS pasti aku forward ke Dodhi.

Akupun lebih bersemangat berkomunikasi dengan Ryan.  Ryan juga sering datang menemuiku. Dia sudah 3 kali datang ke rumahku, bahkan dia juga sering bermain ke kosku.  Dodhi tidak tahu tentang masalah ini, karena aku tidak ingin dia mengetahuinya.
Ryan datang ke rumahku karena dia mempunyai masalah yang besar. Dia menanggung beban hidup yang keras. Keluarganya yang berantakan orang tuanya yang bercerai. Kondisi keluarga yang bangkrut membuat dia harus bekerja keras.  Meski dia sudah kuliah di kedokteran, dia lebih memilih keluar. Dia ingin menjadi seorang Pelaut. 

Aku sangat terharu dengan dia. Ryan sudah menceritakan semuanya kepadaku. Aku tidak tega dan ingin hati membantunya. Aku selalu menemani dia latihan, menemani dia lari. Aku mulai bersimpati dengan Ryan. Aku belum menceritakan kedekatanku pada Dodhi. 

Semakin hari, rasa simpatiku mulai tumbuh dan berkembang menjadi rasa sayang. Rasanya aku mulai CLBK dengan Ryan. Aku tidak ingin kehilangan Ryan lagi. Mungkinkan  doaku telah dikabulkan oleh Tuhan? Mungkin Tuhan mendengar doaku agar bisa bersama Ryan. 

Bahkan kamipun pernah pergi bersama ke Jakarta. Pagi-pagi kami sudah janjian pergi ke Jakarta bersama. Aku pergi kuliah, dan dia akan tes masuk Pelaut. Kamipun duduk bersama. Rasanya hatiku sangat senang sekali. Jarang-jarang aku bisa merasakan kesenangan seperti. Padahal tiap bertemu dengan Dodhi, duduk bersama hatiku tidak sesenang duduk dengan Ryan.

“Eba, boleh minta tisue yang udah kamu pakai itu?” kata Ryan.
“Hah.. buat apa?Ya udah ini.” Akupun hanya bisa memberikan bekas tisueku.
Tangan Ryan mulai asik sendiri dengan tisue yang aku berikan. Jari-jarinya yang lincah membuatku semakin penasaran dengan apa yang dia lakukan. Kelincahannya dalam membuat origami membuatku bengong. Tapi masa bodoh, hatiku sangat senang bisa duduk bersama cinta pertamaku.

“Eba, nih bunga dari tisue tadi.” Kata Ryan sambik menjulurkan tanganya
“Hah.. buat apa bung? Jorok ah kamu.” Kataku sambil tersenyum menahan malu.
“Kamu mau yang asli?”
“…”
“Nih aku kasih fotoku buat kamu. Disimpan ya.”

Aku hanya tertunduk malu. Wajahku mulai memerah menahan rasa senang. Jantungku berdetak lebih kencang dari genderang di medan perang. Darahku semakin cepat mengalir mengisi tiap organ di tubuh. Apakah aku benar-benar jatuh cinta lagi dengan Ryan? Iya, perasaanku kepada Ryan sudah tumbuh menjadi rasa sayang. Tapi bagaimana dengan Dodhi?  Semenjak aku dekat dengan Ryan, perasaanku terhadap Dodhi mulai berubah.

[Tuit…tuit…tuit…]
Hpku berbunyi lagi, membuyarkan lamunanku akan  Ryan.  Pasti SMS dari Ryan.

From: AA’ Dodhi
Received: 07.30pm
[Met belajar ya… ]

Aku kaget. Bukan dari Ryan. Tapi dari Dodhi. Sudah dua minggu ini hubunganku dengan dia mulai renggang. Tepat seminggu yang lalu aku memutuskkan untuk mengakhiri hubunganku dengan Dodhi,  orang yang udah menemaniku selama 4 tahun ini. Setiap hari dia selalu SMS, tapi aku tidak pernah membalas pesannya. Aku tidak ingin melukai hati Ryan. Kondisi Ryan yang kacau karena gagal dalam ujian membuatku tidak ingin meninggalkannya. Aku ingin menemani Ryan sampai dia berhasil mewujudkan cita-citanya. Meski aku harus mengorbankan hubunganku dengan Dodhi.

Akupun mengabaikan semua pesan-pesan yang masuk di hapeku. Aku lebih memilih membalas pesan Ryan daripada Dodhi. Aku tidak mau Ryan terbebani. Aku tidak ingin Ryan terluka.

Ryan juga sudah tahu kalau aku dekat dengan Dodhi. Tampaknya Ryan terlalu agresif untuk soal asmara. Pacar yang selalu berganti-ganti, tidak membuat cintaku kepadanya memudar. Dibalik kebiasaanya berganti pacar-pacar ternyata ada beban hidup yang berat. Aku tetap sayang sama dia.

Malam semakin larut. Aku penasaran apa yang sedang dilakukan Ryan saat ini. Aku mengambil HP kuning yang tergeletak di atas kasur. Jari-jariku bergerak dengan lincahnya di tas keypad. Aku sudah tidak sabar mengetahui apa yang Ryan lakukan.

Me: lg apa Ryan ?
Ryan: Lg kerja ini, sampe subuh nanti. Lagi bikin tempe.
Me: Owh.. J semangat ya… jangan menyerah.

Air mata mulai membasahi pipiku. Mataku tidak kuat menahan perasaan ini. Kesedihanku akan perjuangan kerasnya membuatku semakin bersimpati. Aku memang benar-benar jatuh hati kepada Ryan. Aku tidak tega untuk menelpon Ryan yang sedang berjuang keras. Aku ingin menelpon dia seperti layaknya aku menelpon Dodhi. Tapi… aku tidak sanggup. Air mata yang jatuh membasahi bumi mengalir dan tidak terbendung lagi.

Aku tidak bisa menahan sesak di dada. Kebiasaanku tiap ada masalah selalu curhat dengan Dodhi. Tapi aku sudah memutuskan Dodhi dan meninggalkanya seminggu lalu. Tidak mungkin dia akan mau mengangkat telpon dariku lagi. Aku tidak mau Ryan tahu kesedihanku sekarang ini. Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Dodhi.  Jemariku menulis kata-kata itu. Kata-kata yang tak kubayangkan bisa muncul dari ragaku yang sudah remuk dan abu karena kenyataan.

[lg apa A’.. q mau curhat]

Tidak ada respon dari Dodhi. Apa dia masih marah kepadaku. Apa gara-gara aku memilih mengakhiri hubungan dengan dia? Hatiku semakin galau. Dadaku sesak terasa. Aliran darah serasa berhenti. Aku menunggu dan terus menunggu balasan dari Dodhi dan ….
[to be continue]



Comments